Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Lintah, Ilmuwan Ingin Jaga Hutan Papua Niugini Tetap Lestari

Kompas.com - 27/12/2017, 21:44 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com -Penyelamatan hutan penting tetapi harus dengan strategi yang tepat. Untuk bisa menyelamatkan, ilmuwan dan para pakar lingkungan harus tahu apa yang ada di dalam hutan.

Mark Ziembicki dari Universitas James Cook dan Gabriel Porolak dari Universitas Papua Niugini mengembangkan pendekatan menarik untuk mengungkap jenis-jenis hewan yang ada dalam hutan.

Mereka tidak mengamati satu per satu tetapi menggunakan lintas sebagai alat bantu. metode itu penting sebab hutan adalah wilayah yang sulit dijelajahi dan perlu waktu cukup lama untuk menguak apa yang ada di dalamnya.

"Mengamati lintah, kumbang tinja, dan nyamuk dapat menentukan apa yang ada di dalam hutan, karena hewan-hewan tersebut memakan semua apa yang ada di hutan," kata Ziembicki seperti dikutip ABC, Jumat (22/12/2017).

Baca Juga: Spesies Baru Ditemukan di Hutan Amazon setiap 2 Hari

Dalam pendekatan yang dikenmbangkan, Zeimbickimengoleksi lintah dalam hutan dan mengawetkannya dengan etanol. Dia lalu membawa koleksi lintah itu ke laboratorium untuk dianalisis.

Salah satu yang dianalisis adalah DNA hewan-hewan yang menjadi mangsanya. Setiap kali menghisap darah, ada materi genetik hewan yang dihisap. Nah, materi genetik itu yang dideteksi.

"Ada beberapa spesies yang sulit ditemui, teknik ini akan membantu mengetahui apa yang hilang dan apa yang masih ada," kata Gabriel Porolak yang mengembangkan pendekatannya untuk melihat keragaman hewan di hutan Papua Niugini.

Penelitian keragaman hutan di papua Niugini penting sebab sekarang eksploitasinya makin meningkat. Parolak mendorong pemanfaatan yang berkelanjutan. Namun untuk bisa mengupayakannya, pendataan apa yang ada di hutan penting untuk dilakukan lebih dahulu.

Baca Juga: 2017, Besarkah Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia?

Catatan: Tulisan telah direvisi untuk memperjelas pendekatan yang dikembangkan oleh peneliti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com