Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Hutan seperti Kalimantan, Mengapa Antartika Kini Jadi Benua Es?

Kompas.com - 17/11/2017, 17:35 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com - Jutaan tahun yang lalu Antartika bukanlah benua es seperti yang kita lihat seperti saat ini. Siapa sangka, hutan dengan pepohonan yang rimbun pernah tumbuh disana.

Bukti ini ditunjukkan melalui fragmen 13 fosil pohon yang baru saja ditemukan para ilmuwan. Fosil pohon ini yang diperkirakan berusia 260 juta tahun ini setidaknya menggambarkan bagaimana dulunya daratan es Antartika berupa area yang subur.

Periode dimana pohon tumbuh tersebut menurut peneliti berasal dari Periode Permian Akhir yang berlangsung 299 juta hingga 251 juta tahun lalu.

Namun mengapa hutan-hutan itu kemudian sama sekali hilang tak berbekas?

Erik Gulbranson, pakar paleoekologi dari University of Wisconsin-Milwaukee dan koleganya mengungkapkan jika kepunahan hutan itu ada hubungannya dengan peningkatan gas rumah kaca di atmosfer seperti karbon dioksida dan metana.  Kemungkinan, selama 200.000 tahun letusan gunung berapi di Siberia melepaskan berton-ton gas rumah kaca ke atmosfer.

Baca Juga: Titik Arus Panas di Antartika Terdeteksi Ilmuwan, Apa Dampaknya?

Dalam peristiwa itu 90 persen spesies di bumi lenyap termasuk hutan di kutub.

"Hutan tersebut merupakan sekilas kehidupan sebelum terjadinya kepunahan Permian. Dan fosil-fosil itu bisa membantu membahami apa yang menyebabkan kejadian tersebut. Sekaligus memberi petunjuk bagaimana karakter tanaman dulu berbeda dengan yang kita temukan saat ini," kata Gulbranson seperti di kutip dari Science Daily, Senin (13/11/2017).

Diversitas Tanaman Rendah

Pada akhir periode Permian, Antartika lebih hangat dan lembab. Antartika saat itu masih masuk bagian benua purba Gondwana, yang sekarang merupakan gabungan wilayah Amerika Selatan, Afrika, India, Australia dan Semenanjung Arab.

Sebelum terjadinya kepunahan, hutan kutub selatan didominasi oleh satu jenis pohon, yaitu genus Glossopteris. Pohon raksasa ini tumbuh 20 sampai 40 meter dan membentang di seluruh wilayah Gondwana.

Menurut Gulbranson, selama periode Permian hutan memang tidak terlalu memiliki keragaman namun memiliki ukuran sangat besar. Serta harus mampu bertahan dan berkembang di berbagai lingkungan.

Meski iklim lebih hangat tetapi seperti sekarang tanaman juga akan menghadapi siang terus menerus selama 6 bulan, serta kegelapan malam total selama 6 bulan juga.

Medan yang Sulit

Penelitian ini memang masih rintisan. Soalnya bukan perkara yang mudah mencapai lereng beku McIntyre Promontory di Pegunungan Transantarctic, tempat ditemukannya fosil-fosil pohon purba itu.

Baca Juga: Bukan Lelucon, Ada Magma Panas di Bawah Antartika

Untuk menemukan fosil tersebut, Gulbranson, dan rekan-rekannya harus turun dari pesawat di padang es, melintasi gletser dan angin kencang yang menusuk tulang.

"Masih banyak wilayah Antartika yang belum dieksplorasi, dan kita kadang harus ambil risiko untuk melakukan penjelajahan lain," katanya.

"Harapannya dengan studi lebih lanjut, kita akan memahami bagaimana gas rumah kaca dan perubahan iklim mempengaruhi kehidupan di Bumi," imbuh Gulbranson.

Penelitian lanjutan akan berlangsung hingga bulan januari 2018 mendatang. Gulbranson akan mencari sisa dari kepunahan massal lainnya untuk menentukan dengan tepat bagaimana hutan merespon saat karbon dioksida naik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau