KOMPAS.com -- Anda tentu bisa merasakan bahwa belakangan ini, suhu terasa lebih panas dari biasanya. Namun pernahkah Anda membayangkan bahwa hal ini tidak saja berdampak pada manusia tetapi pada makhluk hidup lainnya?
Salah satunya pada kadal. Bagi beberapa kadal, efek kenaikan suhu mungkin secara harfiah membuat mereka "tidak punya otak".
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Royal Society Open Science menemukan bahwa kenaikan suhu pada perubahan iklim saat ini dapat membuat kadal berjanggut (bearded dragon) menjadi lebih bodoh.
Kadal asal Australia ini telah lama populer sebagai hewan peliharaan meski tidak sesederhana kelihatannya.
Baca juga: Bagaimana Perubahan Iklim Mendorong Orang untuk Gabung ISIS?
"Reptil telah lama dianggap makhluk lamban dan tidak cerdas," kata Anna Wilkinson, seorang ilmuwan kognisi hewan dari Univerity of Lincoln, Inggris dikutip dari National Geographic, Selasa (21/11/2017).
Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa kadal sebenarnya memiliki keterampilan kognitif yang kompleks mulai dari navigasi hingga penyelesaian masalah.
Dalam studi terbarunya, Wilkinson dan kolega menemukan bahwa kadal berjanggut dengan nama ilmiah Pogona vitticeps dapat meniru satu sama lain untuk perilaku baru, sebuah tingkat kognisi sosial yang belum lama ini dianggap unik pada primata.
"Belajar mengamati perilaku orang lain dapat menjadi jalan pintas untuk menemukan solusi dan memungkinkan hewan menyelesaikan tugas yang mungkin tidak dapat mereka selesaikan melalui uji coba dan pembelajaran kesalahan," ujar Wilkinson.
"Reptil membutuhkan semua pembelajaran yang dapat mereka kumpulkan untuk menyesuaikan diri ketika dunia berubah," sambungnya.
Kuncinya pada inkubasi telur
Otak reptil dibentuk saat perkembangan. Ini berarti kondisi telur yang terpapar kenaikan suhu akan memiliki efek jangka panjang.
Wilkinson dan koleganya kemudian memutuskan untuk menyelidiki apakah suhu inkubasi mempengaruhi kecerdasan kadal berjanggut.
Survei yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa terlepas dari usaha terbaik dari induk reptil, suhu sarang mereka pada umumnya meningkat saat perubahan iklim.
Para peneliti kemudian mengambil sampel dari 13 telur reptil. Mereka kemudian membagi mereka menjadi dua kelompok.
Baca juga: Lewat Kotoran Kelelawar, Para Peneliti Pelajari Perubahan Iklim
Tujuh telur diinkubasi pada suhu 30 derajat celcius, sedangkan enam telur pada suhu 27 derajat celcius. Hasil menetasnya campuran jantan dan betina yang hampir sama.