KOMPAS.com -- Dua badai bisa jadi kebetulan, tetapi kalau tiga pasti karena perubahan iklim. Begitulah kira-kira pendapat Philip Williamson, Koordinator Sains NERC di University of East Anglia menanggapi badai Harvey, Irma, dan Jose yang terjadi dalam waktu berdekatan.
“Mungkin Harvey adalah satu kejadian, dan Irma adalah kebetulan. Namun, Jose yang mengikuti di belakangnya sudah pasti akibat perubahan iklim,” kata Williamson.
Dia melanjutkan, badai dan topan yang merusak biasanya terjadi di bagian-bagian tropis dunia ketika lautnya paling hangat. Jadi, jika dunia menjadi semakin hangat, risiko ini meningkat.
(Baca juga: Di Balik Nama-nama Badai, Kenapa Ada Harvey, Irma, dan Jose?)
Badai susulan biasanya lebih lemah karena permukaan laut seharusnya menjadi lebih dingin karena badai pertama akan membawa air dalam yang lebih dingin ke permukaan. Akan tetapi, ketika air di dalam lautan juga hangat, maka badai susulan pun akan sama merusaknya dengan yang pertama.
“Di sini kita bisa melihat tumpang tindih dari rute perjalanan Harvey, Irma, dan Jose. Tapi mereka tidak mengalami pengurangan kekuatan yang berarti, semuanya kategori 4,” ucap Williamson.
Selain Williamson, banyak pakar telah memberikan peringatan mereka peningkatan frekuensi dan kekuatan cuaca ekstrem, seperti badai Harvey, Irma, dan Jose.
Mereka menegaskan bahwa walaupun badai sendiri tidak sepenuhnya diakibatkan oleh perubahan iklim, dan kombinasi beberapa badai dapat terjadi, meskipun langka; tetapi perubahan iklim membuat cuaca ekstrem seperti ini menjadi semakin sering, kuat, dan merusak.
(Baca juga: Inilah Wajah Sebenarnya dari Perubahan Iklim)
Dave Reay, Professor of Carbon Management di University of Edinburgh adalah salah satunya. Dia mengatakan, naiknya permukaan laut dan atmosfer yang lebih hangat dan lembap membuat risiko banjir di seluruh dunia menjadi semakin tinggi.
Menanggapi tren ini, Jeffrey S Kargel dari Departemen Hidrologi & Ilmu Atmosfer di University of Arizona mengkhawatirkan ketidaksiapan dunia dalam menghadapinya.
Dia mengatakan, dampak dari cuaca ekstrem semakin luas dan semakin kuat karena perubahan iklim. Tidak ada satu kejadian meterologi yang dapat secara eksklusif diatribusikan kepada perubahan iklim, tetapi perubahan atmosfer akibat manusia memiliki peran besar dalam menyebabkan cuaca ekstrem yang lebih sering dan merugikan.
“Negara-negara miskin membayar dengan manusia, sementara negara-negara yang lebih kaya dan berkembang membayar dengan lebih banyak benda. Namun, akan datang saatnya di mana usaha seperti apa pun tidak akan lagi bisa melindungi manusia (dari cuaca ekstrem),” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.