Kedua kelompok tersebut tetap dipisah selama setahun hingga matang, meskipun keduanya dalam kondisi yang sama. Barulah kemudian hewan-hewan tersebut diuji.
Masing-masing kelompok diputarkan video kadal yang membuka pintu geser untuk mengambil makanan. Setelah itu, mereka diberi waktu lima menit untuk mencoba hal yang sama sebanyak sepuluh kali.
Hasilnya cukup mengejutkan. Kadal yang terpapar suhu lebih panas selama pengembangan (inkubasi telur) lebih kecil kemungkinannya untuk berhasil melaksanakan tugas.
Bahkan, kalau pun mereka berhasil membuka pintu tersebut, mereka membutuhkan waktu satu setengah menit lebih lama untuk mengambil makanan daripada kadal yang diinkubasi pada suhu rendah.
Bagi Wilkinson, itu menunjukkan bahwa inkubasi yang lebih hangat mengganggu kemampuan hewan untuk belajar dari orang lain.
Baca juga: Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Anak dari Dampak Perubahan Iklim?
Hasil penelitian tersebut serupa dengan apa yang ditemukan oleh ahli ekologi margasatwa, Jonathan Webb. Webb melihat bahwa kenaikan suhu memiliki pengaruh buruk pada pembelajaran spasial tokek beludru dengan nama ilmiah Amalosia lesuerii.
Selain itu, tokek yang diinkubasi pada suhu lebih panas berwana lebih kusam sehingga cenderung tidak bisa bertahan di alam bebas.
Menanggapi penemuan Wilkinson, Webb pun mengatakan, makalah ini memecahkan masalah baru dengan menunjukkan bahwa efek inkubasi berpengaruh pada kemampuan kognitif yang berlanjut hingga dewasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.