Pada tahun 2017, wabah virus corona juga menyerang peternakan babi di China, yang disebabkan oleh jenis virus baru yaitu Swine Acute Diarrhoea Syndrome Coronavirus (SADS-CoV) yang menyebabkan kematian ribuan anak babi dengan menyerang saluran pencernaannya.
Wabah coronavirus pada babi ini memiliki kesamaan dengan wabah SARS, terutama secara geografis, waktu, ekologis dan penyebabnya.
"Virus baru ini ditularkan secara langsung ke babi dari inang alaminya yaitu kelelawar dari genus Rhinolophus," tutur dia.
Baca juga: Update Virus Corona 19 Februari: 2.009 Meninggal, 75.213 Terinfeksi
Mengenai studi tentang virus corona pada anjing serta kucing dan babi di Indonesia, kata Sugiyono, sudah dilakukan lebih dari 20 tahun yang lalu. Namun masih menggunakan metode konvensional dan susah dibandingkan.
Terdapat 2 dari 11 provinsi yang disurvei oleh peneliti, yang hasilnya menunjukkan positif babi tersebut memiliki virus corona. Kedua provinsi tersebut adalah Sumatera Utara dan Sulawesi Utara.
"Yang jelas studi virus corona pada hewan peliharaan dan hewan ternak sudah ada di Indonesia, tapi potensi penularannya ke manusia belum diketahui. Potensi risiko penularan ke manusia memang tetap lebih besar pada satwa liar," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.