Hanya ada dua peristiwa yang masuk ke dalam skala 7 INES, yakni bocornya reaktor nomor 4 di PLTN Chernobyl (Ukraina) di tahun 1986 dan bocornya reaktor–reaktor di PLTN Fukushima Daiichi (Jepang) menyusul bencana tsunami raksasa Tohoku–Oki 2011.
Yang jelas, tingginya dosis radiasi kontaminasi Caesium–137 di Tangerang Selatan bila dibandingkan dengan ambang batas maupun paparan latar belakang mendasari tim gabungan BATAN dan BAPETEN melaksanakan dekontaminasi petak tanah yang tercemar.
Mengingat sifat kimiawi Caesium saat bercampur dengan tanah, maka sesuai prosedur dekontaminasi tanah yang tercemar dilaksanakan dengan mengelupas topsoil (lapisan tanah teratas) hingga ketebalan tertentu. Vegetasi yang tumbuh diatasnya pun turut dipotong. Seluruhnya lantas diproses sebagai limbah nuklir padat.
Dilaksanakan juga pemantauan jejak Caesium–137 pada aliran air bawahtanah di sekeliling petak yang terkontaminasi, mengingat sifat Caesium yang mudah larut dalam air. Sejauh ini sumber–sumber air di sekeliling petak tanah terkontaminasi tidak menunjukkan adanya kandungan Caesium–137.
Pertanyaan terakhir, siapa yang membawa Caesium–137 ke petak tanah itu? Dan apa motifnya?
Kontaminasi Caesium–137 sering terjadi. Dalam tiga dasawarsa terakhir, telah terjadi sedikitnya delapan kasus besar kontaminasi Caesium–137 yang berlangsung sejumlah negara, baik negara maju seperti Amerika Serikat, Finlandia, Spanyol dan Norwegia maupun negara berkembang seperti Georgia, Ukraina, Brazil dan Tiongkok.
Delapan kasus tersebut terjadi di beragam lokasi, mulai dari fasilitas kesehatan, instalasi militer, lembaga pendidikan hingga bangunan sipil dan fasilitas industri.
Kontaminasi Goiania di negara bagian Goia (Brazil) pada September 1987 adalah peristiwa kontaminasi Caesium–137 terparah hingga saat ini.
Berawal dari bangunan rumah sakit swasta yang ditutup dan lantas menjadi ajang sengketa, pengumpul barang bekas berhasil membobol masuk dan membawa lari fasilitas radioterapi Caesium–137.
Berharap dapat memanen logamnya untuk dijual kiloan, mereka justru membuka tingkap yang membuat sinar gamma menyorot kuat. Tak hanya itu, tabung logam berisi Caesium–137 pun dibuka paksa hingga 93 gram serbuk mineral radioaktif itu tersebar kemana–mana.
Empat orang meninggal seiring paparan radiasi akut dengan dosis 4.500 hingga 6.000 miliSievert, sementara 112.000 orang lainnya harus diperiksa tingkat radiasinya dengan 249 orang terkontaminasi signifikan. Ratusan rumah terpaksa dihancurkan dan topsoil di beberapa tempat dikelupas dalam upaya dekontaminasi yang massif.
Kontaminasi Goiania dikategorikan ke dalam skala 5 INES dan IAEA menyebutnya sebagai insiden radiologis terparah sedunia.
Sifat Caesium–137 sebagai material radioaktif yang relatif gampang diperoleh karena kuantitasnya yang paling banyak menjadikannya sensitif bagi keamanan nasional. Telah lama diteorikan Caesium–137 menjadi salah satu komponen penting guna membangun dirty bomb atau peledak rakitan penebar radioaktif.
Peledak rakitan semacam ini pernah hampir diledakkan manakala terjadi konflik Chechnya, masing–masing di Moskow (1995) dan Argun (1998). Peledak semacam ini merupakan senjata psikologis, karena berkemampuan menyebarkan material radioaktif yang mengontaminasi lingkungan yang luas.
Uji coba dan perhitungan–perhitungan matematis dengan mengacu kasus sebaran material radioaktif akibat bocornya reaktor Chernobyl menunjukkan tingkat radiasi yang dilepaskan peledak ini akan cukup tinggi namun belum akan mencapai tingkat fatal.
Tapi sebagai senjata psikologis, peledak ini akan mengeksploitasi psikologi massa terhadap material radioaktif sampai ke tingkat ekstrem sehingga akan sanggup memicu ketakutan dan kepanikan massa dengan segala akibatnya, di samping membuat area yang dicemarinya tak dapat dimanfaatkan lagi kecuali dilakukan dekontaminasi.
Siapa yang membawa serpih–serpih Caesium–137 ke petak tanah di Tangerang Selatan itu dan apa motifnya, perlu diselidiki dengan seksama.
BAPETEN tentu memiliki segudang data akan para pihak pengguna Caesium–137 di Indonesia baik di lapangan industri, kedokteran maupun lembaga pendidikan. Termasuk bagaimana Caesium–137 bekas–pakai itu diperlakukan.
Apakah ada kelalaian pada pihak–pihak pengguna (sehingga Caesium–137 segar tak sampai ke tujuan, atau Caesium–137 bekas–pakai tak dikembalikan ke BATAN)? Atau, mengacu ke pendapat Menteri BUMN 2011–2014 Dahlan Iskan, terjadi pencurian atau penyelundupan material nuklir yang berhasil membobol lapis–lapis keamanan? Atau lebih luas dan lebih dalam dari itu?
Semoga Polri didukung tim gabungan BAPETEN dan BATAN dapat menguak peristiwa ini dengan tuntas.
Selain guna menjawab pertanyaan–pertanyaan yang akan muncul dari dunia internasional, seperti diindikasikan pak Dahlan Iskan, juga untuk menjamin rasa aman warganegara Indonesia bahwa negara memang hadir dan bisa menangani material sensitif seperti material nuklir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.