Dalam makalah baru itu, peneliti mempelajari struktur tentang kelangsungan hidup termodinamika, dengan menggunakan simulasi yang lebih kompleks yang melibatkan mekanika kuantum.
Artinya, ketika bola diletakkan di atas bukit, kemungkinan akan berakhir di bawah karena posisi energi yang lebih rendah.
Demikian juga pada bahan kimia tertentu cenderung mengaturnya dalam pola energi paling sederhana.
Baca juga: Usai Cassini, NASA Siapkan Robot Baru untuk Jelajahi Lautan Titan
Para peneliti ingin tahu apakah azotosom akan menjadi pengatur paling sederhana, paling efisien untuk molekul-molekul yang mengandung nitrogen.
Namun, mereka menyimpulkan Titan merupakan kasus yang tepat untuk menguji batas kehidupan. Namun, kenyataannya Bulan planet bercincin ini gagal membuktikannya.
Dalam simulasi molekuler, azotosom menunjukkan termodinamika tidak layak di Titan.
Para peneliti mengungkapkan penelitian ini harusnya membantu Badan Antariksa Amerika (NASA) mencari tahu eksperimen apa yang akan dimasukkan dalam misi Dragonfly ke Titan, yang rencananya akan dilakukan pada 2030-an.
Kendati demikian, peneliti menilai secara teori masih ada kemungkinan kehidupan dapat muncul di bulan Saturnus.
Namun, kehidupan di Titan, bulan terbesar di planet Saturnus yang mirip Bumi itu kemungkinan tidak akan melibatkan apapun yang dikenal sebagai membran sel.
Baca juga: Wajah Titan Satelit Saturnus Terungkap, Ternyata Mirip Bumi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.