Mereka percaya akibat peristiwa itu, membangkitkan patahan subduksi kuno yang tidak aktif selama jutaan tahun.
"Kami tidak tahu di mana atau mengapa, tetapi sesuatu terjadi yang digerakkan secara lokal, dan ketika patahan mulai tergelincir, seperti dalam gempa bumi, gerakan itu dengan cepat menyebar ke samping yang berdekatan dengan sistem patahan dan kemudian di sekitar Pasifik barat," papar Sutherland.
Baca juga: Peneliti Inggris Prediksi 7 Benua Akan Jadi Satu Daratan
Kendati demikian, tidak seperti gempa bumi, peristiwa pecahnya subduksi ini mungkin membutuhkan lebih dari satu juta tahun untuk terungkap.
Pada akhirnya, imbuh Sutherland, catatan sedimen Zealandia seharusnya dapat membantu menentukan bagaimana dan mengapa peristiwa ini terjadi.
"Selain itu, apa konsekuensinya bagi hewan, tumbuhan dan iklim global," sambung dia.
Proses ini tidak memiliki analog modern dan karena peristiwa subduksi pecah terkait dengan waktu perubahan tektonik lempeng global yang cepat.
"Ahli geologi umumnya berasumsi bahwa memahami masa kini adalah kunci untuk memahami masa lalu. Tapi setidaknya dalam hal (perubahan benua baru Zealandia) ini mungkin tidak berlaku," jelas Sutherland.
Baca juga: Ekspedisi Menuju Benua ke-8 yang Hilang Dimulai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.