Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solar Orbiter Resmi Diluncurkan, Misteri Matahari Segera Terpecahkan

Kompas.com - 09/02/2020, 17:02 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

Sumber BBC,The Verge

KOMPAS.com – European Space Agency (ESA) bekerja sama dengan NASA resmi meluncurkan Solar Orbiter, pesawat ulang-alik yang khusus mengorbit di sekitar Matahari.

Ini adalah perangkat pertama yang dikhususkan untuk meneliti Matahari. Dengan harapan, manusia di Bumi bisa lebih mengerti tentang bintang tersebut serta sistem Tata Surya.

Mengutip BBC, Minggu (9/2/2020), pesawat tersebut diluncurkan di Cape Canaveral Space Force Station (Florida, AS) pada hari ini pukul 04.03 GMT.

Baca juga: Pertama Kalinya, Permukaan Matahari Terekam Kamera Sejelas Ini

Solar Orbiter akan menunggangi roket Atlas V, kemudian akan menghabiskan sekitar dua tahun mengorbit Matahari. Solar Orbiter akan melewati Bumi dan Venus selama beberapa kali agar bisa mengorbit di titik yang tepat.

Mengorbit di sekitar Matahari

Selama ini, perangkat yang telah ada hanya bisa mengorbit sampai deretan planet-planet di Tata Surya. Namun Solar Orbiter dinilai mampu mengorbit langsung di dekat Matahari, dengan sudut yang tinggi, sehingga bisa melihat Sang Bintang tersebut dari sisi yang belum pernah tampak sebelumnya.

Sama seperti Bumi, Matahari juga memiliki “kutub” di bagian atas dan bawahnya. Namun bagian kutub Matahari sulit dilihat, karena planet-planet mengorbit di bagian tengah Matahari.

Saat mengorbit di titik yang ditentukan, Solar Orbiter akan berada pada jarak 26 juta mil atau 42 juta kilometer dari Matahari. Perangkat tersebut akan mengumpulkan data dan foto dari sudut pandang berbeda.

Solar OrbiterESA Solar Orbiter

Harapannya, informasi baru ini akan membantu para astronom untuk memecahkan misteri dari Matahari yang belum bisa dipecahkan selama ini.

Lebih spesifik, para astronom ingin mengetahui mengapa Matahari memiliki siklus aneh selama 11 tahun, di mana bintang tersebut mengganti waktu aktif menjadi waktu hening.

Baca juga: 2 Matahari Muncul di Langit Makassar, Fenomena Apakah Itu?

Pada awal dan akhir dari 11 tahun itu, medan magnet pada Matahari berganti arah. Kutub-kutubnya berubah dari negatif menjadi positif, juga sebaliknya.

“Kami mengobservasi hal itu selama 400 tahun, semenjak teleskop dari Bumi mengarah ke Matahari,” tutur Daniel Muller, Project Scientist ESA khusus Solar Orbiter kepada situs The Verge.

Seberapa kuat Solar Orbiter?

Solar Orbiter memiliki ukuran sekitar bus kecil. Pesawat ini memiliki 10 instrumen yang didesain untuk memotret permukaan Matahari. Beberapa instrumen memiliki fungsi untuk mengumpulkan data dari medan magnetik Matahari. Begitu pun dengan atsmofernya.

Namun, satu bagian yang terpenting dan melindungi seluruh bagian Solar Orbiter adalah penangkal panas (heat shield).

Baca juga: Gerhana Matahari Bikin Perilaku Hewan Berubah, Berikut Penjelasannya

Penangkal panas ini merupakan lempengan titanium yang mengandung material khusus bernama SolarBlack. Material ini bisa menyerap panas ekstrem dari Matahari, sehingga menghindari Solar Orbiter terbakar.

Berkat adanya material ini, Solar Orbiter mampu menangkal panas hingga 1.100 derajat Fahrenheit (sekitar 600 derajat Celcius).

Parker Solar Probe

Pada 2018, NASA telah meluncurkan perangkat dengan fungsi serupa dengan nama Parker Solar Probe. Namun perbedaannya, pesawat ini tidak dilengkapi dengan kamera layaknya Solar Orbiter.

“Ada sinergitas yang baik antara dua perangkat ini. Mereka tidak berkompetisi, melainkan melengkapi,” tutur Muller.

Baca juga: Pecahkan Rekor, Satelit NASA Ini Nyaris Menyentuh Matahari

Muller mengatakan bahwa kemampuan Solar Orbiter akan mampu mengantar manusia pada pengetahuan yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

“Kami berharap bisa mengisi blind spot pada pengetahuan kami terhadap Matahari,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com