Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak Prostitusi Anak, Ahli Sebut 3 Faktor Pemicu Tak Terelakkan

Kompas.com - 06/02/2020, 12:34 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Kasus prostitusi anak kembali terjadi. Pekan lalu, jajaran Polres Metro Jakarta Selatan membongkar praktik prostitusi anak di bawah umur di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.

Kemudian dua hari lalu, Selasa (4/2/2020), Polda Sulawesi Utara telah mengamankan 20 anak muda dan menetapkan delapan di antaranya sebagai tersangka modus prostitusi anak di bawah umur yang dilakukan secara online.

Prevalensi pelacuran anak di bawah 18 tahun di Indonesia, ada sekitar 30 persen.

Menurut psikolog anak Ghianina Yasira Armand, BSc Psychology, MSc Child development, sekitar 150.000 anak Indonesia dilacurkan dan diperdagangkan untuk tujuan seksual.

Baca juga: Bagaimana Sebaiknya Kita Menyikapi Kasus Prostitusi? Ini Kata Ahli

Dia mengungkap, berdasarkan penelitian, ada beberapa daerah di Indonesia yang dikenal memiliki usaha prostitusi anak sejak dulu.

Kota-kota ini disebut memiliki usaha prostitusi anak dalam jumlah besar, seperti Semarang, Surabaya, Indramayu, Medan, dan Manado.

Pemicu munculnya prostitusi anak

Ghianina melihat, maraknya prostitusi anak dapat mengindikasikan bahwa di masyarakat banyak permintaan yang akhirnya membuat pihak-pihak tertentu berusaha menjawab kebutuhan yang ada di masyarakat dan menjadikannya sebuah peluang bisnis untuk mencari keuntungan pribadi.

Dengan ini, penegakan hukum memiliki peran yang sangat besar dan penting.

Upaya negara untuk menanggulangi kondisi prostitusi anak dengan salah satunya menangkap sindikat sangat perlu diperhatikan dan lebih ditingkatkan.

"Ketika tidak ada upaya dari negara untuk mengatasi hal ini, maka sindikat dapat lebih bebas bergerak dan beroperasi, dan tingkat pelacuran anak akan semakin meningkat," tegasnya.

Ada berbagai macam faktor risiko yang memicu munculnya prostitusi anak. Mulai dari faktor ekonomi hingga pendidikan.

Faktor ekonomi

"Tujuan dari prostitusi tersebut bermacam-macam, salah satunya adalah anak digunakan untuk membayar hutang orangtuanya," kata Ghianina yang juga ahli psikologi terapan dari Personal Growth kepada Kompas.com, Kamis (6/2/2020).

"Hal ini menandakan bahwa faktor ekonomi dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya prostitusi anak," tegasnya.

Ghianina menyebut, tingkat kemiskinan yang tinggi di Indonesia mendorong orang untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai norma.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com