Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/02/2020, 17:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Meski demikian, Feng Luzhao, seorang peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Chinse mengatakan, penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan virus corona Wuhan dapat ditularkan melalui tinja.

Dia mengatakan temuan baru-baru ini hanya mengindikasikan virus dapat bereplikasi dan ada di saluran pencernaan.

"Apakah itu ditularkan melalui feses atau ditransmisikan kembali melalui pembentukan aerosol oleh tetesan yang mengandung virus, kita perlu penyelidikan epidemiologis dan penelitian untuk konfirmasi lebih lanjut," kata Feng pada konferensi pers harian yang diadakan oleh Komisi Kesehatan Nasional pada hari Minggu.

Namun setidaknya, temuan ini mengingatkan kita pentingnya cuci tangan.

Baca juga: Suplemen Penguat Imun, Apakah Menurunkan Risiko Terjangkit Virus Corona?

Jejak genetika dari virus corona Wuhan ditemukan dalam tinja seorang pria berusia 35 tahun di AS. Dia baru saja pulang dari Wuhan.

Dokter yang merawat pria itu - kasus pertama yang dikonfirmasi di AS - menerbitkan rincian temuan mereka di New England Journal of Medicine pada hari Jumat (31/1/2020).

Namun perlu diingat, deteksi ekstrapulmoner terhadap RNA virus tidak selalu berarti bahwa ada virus di sana.

"Signifikansi klinis RNA virus corona di luar saluran pernapasan tidak diketahui saat ini," kata para dokter.

Kasus-kasus koronavirus yang dikonfirmasi sekarang telah mencapai rekor tertinggi harian, kata para pejabat kesehatan di China, dan virus itu telah menewaskan sedikitnya 305 orang dan menginfeksi lebih dari 14.300 di daratan.

Pada tahun 2003, lebih dari 320 penduduk di perumahan Amoy Gardens di Hong Kong menjadi terinfeksi dengan sindrom pernapasan akut (Sars) parah, sejenis coronavirus.

Organisasi Kesehatan Dunia menemukan virus itu tetap stabil hingga empat hari di dalam tinja orang yang terinfeksi diare. Ini berkontribusi pada viral load yang signifikan yang dibuang ke sistem pembuangan limbah yang rusak yang membantu menyebarkan penyakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau