Yang belum jelas adalah bagaimana virus ini menular. Berapa banyak penularan yang sedang terjadi dan akan ada berapa banyak pasien lagi dari kontak pasien kedua dengan ketiga, ketiga dengan keempat, dan seterusnya? Dan dapatkah seseorang menyebarkan virus ini sebelum mereka memiliki gejalanya?
Para ilmuwan menggunakan istilah Ro untuk mendeskripsikan seberapa mudah virus menyebar dan semakin tinggi penyebarannya, semakin besar pula kemungkinan penyebaran wabah lebih cepat terjadi. Tingkat keparahan penyakit juga penting.
Pada 26 Januari, 56 (2,8%) dari 2.014 kasus yang dikonfirmasi telah meninggal. Sedangkan tingkat kematian coronavirus SARS hampir 10%. Jika coronavirus baru ini menyebar secara cepat namun memiliki tingkat kasus kematian yang lebih rendah, maka tingkat kekhawatiran akan lebih sedikit.
Ilmuwan China sedang melakukan tes untuk menentukan hewan apa saja di pasar tradisional di Wuhan yang menjual hewan hidup dan mati termasuk hewan liar untuk konsumsi, yang mungkin menjadi sumber virus. Ada juga pertanyaan mengenai aturan mana yang akan dipatuhi.
Setelah wabah tahun 2003, aturan sementara diberlakukan untuk menghentikan penjualan hewan eksotis, seperti musang, yang menularkan coronavirus SARS. Kendati demikian, pasar tradisional yang biasanya ramai menjadi tempat orang-orang menjual unggas hidup dan hewan lainnya tetap populer di kalangan pembeli di Asia.
Sekitar 600 orang meninggal di Inggris tiap tahunnya karena flu saja, dan sekitar ratusan ribu kematian lainnya dari seluruh penjuru dunia.
Jadi, sementara virus yang baru akan selalu muncul dan menimbulkan bahaya, respons terkini dari pejabat kesehatan masyarakat dan ilmuwan di China dan di seluruh dunia, yang menggabungkan segala yang mereka punya untuk mempelajari virus ini sejak wabah SARS, harusnya dapat mengamankan publik untuk saat ini, terlepas apakah WHO akan mendeklarasikan kejadian ini sebagai keadaan darurat kesehatan global atau tidak.
Tom Solomon
Director of the National Institute for Health Research (NIHR) Health Protection Research Unit in Emerging and Zoonotic Infections, and Professor of Neurology, Institute of Infection and Global Health, University of Liverpool
Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Wabah coronavirus dari Cina: penjelasan mengapa WHO belum beri status darurat kesehatan global". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.