Hal ini diperparah dengan pola makan buaya nil yang tanpa pandang bulu. Jika dia melihat manusia mencuci di tepian sungai, itu sama lezatnya dengan gerombolan rusa yang sedang bermigrasi.
Diperkirakan ada 200 orang meninggal setiap tahun karena buaya nil.
Untuk diketahui, buaya nil memiliki moncong besar dan warna kulitnya keabuan gelap. Kulitnya akan semakin gelap saat dewasa.
2. Buaya Afrika Barat (Crocodylus suchus)
Buaya Afrika Barat (Crocodylus suchus) adalah spesies yang berbeda dengan buaya nil. Spesies ini memiliki moncong yang lebih sempit dan lebih kecil dibanding buaya nil.
Awalnya buaya Afrika Barat dianggap sama dengan buaya nil.
Namun, setelah Evon Hekkala dari Universitas Fordham di New York mengurutkan gen dari 123 buaya nil hidup dan 57 spesimen museum, termasuk mumi buaya berusia 2.000 tahun, barulah diketahui bahwa ada dua spesies buaya berbeda.
Kalau buaya nil disebut sangat agresif hingga bisa memakan manusia, buaya Afrika Barat justru sebaliknya.
Buaya Afrika Barat cenderung memiliki sisik besar dan kasar.
3. Buaya Afrika Tengah (Mecistops leptorhynchus)
Buaya bertubuh ramping Afrika Tengah (M. leptorhynchus) baru ditemukan pada 2018 lalu.
Buaya ini ditemukan di Kamerun hingga Tanzania. Awalnya, buaya ini dianggap sebagai spesies yang sama dengan buaya Afrika Barat. Namun, kedua buaya itu sebenarnya sangat berbeda.
M. leptorhynchus memiliki sisik yang lebih kecil dan lebih lembut daripada buaya Afrika Barat. Sementara buaya Afrika Barat cenderung memiliki sisik lebih besar dan kasar.
Selain itu, M. leptorhynchus juga memiliki tubuh ramping berukuran sedang, memiliki moncong panjang dan ramping, serta hidup di habitat air tawar.
Menurut peneliti, perbedaan yang utama terletak pada gen.