Artinya, pasien meninggal akibat infeksi rutin dan banyak operasi menjadi semakin berisiko untuk dilakukan.
Dalam studi tersebut, peneliti menggambarkan bagaimana penyebaran global resistensi obat dengan cepat akibat mikroba yang bermutasi untuk melindungi diri dari antibiotik.
Hal ini adalah kebutuhan mendesak untuk dapat mengeksplorasi sumber obat baru.
Bakteri terbagi dalam dua kelas, tergantung pada susunan sel mereka. Mikroba MRSA dikenal sebagai bakteri gram positif dan memiliki membran sel tunggal yang tebal.
Baca juga: Manusia Telah Isap Ganja Sejak 2.500 Tahun Lalu
Sedangkan bakteri gram negatif memiliki membran sel dalam dan luar yang berbeda, dan infeksi dari bakteri ini sulit diobati.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendata bakteri tahan obat berdasarkan skala prioritasnya.
Ada tiga jenis bakteri yang berada di tipe kritis untuk bakteri gram negatif yaitu Acinetobacter baumannii, Pseudomonas aeruginosa dan Enterobacteriaceae.
Brown juga menemukan CBG dan cannabinoid lain tidak bekerja dengan baik dalam melawan bakteri gram negatif atau superbug yang resiten terhadap multi obat.
Kendati demikian, tim tetap melanjutkan studi. Sebab, ketika CBG digunakan dengan jumlah kecil polymyxin B, antiobitik yang ada dapat menganggu membran luar bakteri gram negatif.
Baca juga: Anda Mencuci Baju Menggunakan Mesin? Waspadai Bakteri Ini
Senyawa ganja akan memusnahkan patogen yang resiten terhadap obat.
Meskipun tanaman ganja dianggap dapat membuat senyawa untuk melawan patogen yang menyerang, tetapi ada cara lain untuk menghasilkan CBG.
Untuk mempelajari senyawa ini, Brown dan timnya mensintesis senyawa itu di laboratorium menggunakan bahan kimia olivetol dan geraniol.
"Kami sekarang mengejar dokumen yang diperlukan untuk bekerja dengan berbagai cannabinoid," jelas Brown.
Sementara itu, Mark Blaskovich yang mempelajari antibiotik senyawa ganja di University of Queensland mengatakan ganja tampak sangat kaya akan antibiotik.
Meskipun tanaman lain seperti pohon teh, bawang putih dan rempah-rempah seperti kunyit juga mengandung antibakteri.
Blaskovich menyebut ini kemungkinan dibuat sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi tanaman ganja dari infeksi bakteri dan jamur.
Namun, sampai saat ini dianggap tidak terlalu berguna terhadap infeksi pada manusia karena hanya bekerja di luar tubuh.
"Itulah yang membuat laporan terbaru ini memiliki potensi menarik. Membuktikan cannabigerol (senyawa ganja) mampu mengobati infeski sistemik pada tikus," jelas Blaskovich.
Baca juga: Survei di AS, Seperempat Pasien Kanker Gunakan Ganja Medis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.