Mengetahui usia bintang nu Indi tersebut memberikan batasan kapan penggabungan galaksi yang membentuk Bima Sakti itu bisa terjadi, kata para peneliti.
Para peneliti menggunakan data dari Transiting Exoplaner Survey Satellite (TESS) milik NASA.
Diluncurkan pada tahun 2018, TESS mensurvei bintang di bagian besar langit untuk mencari planet yang mengorbit bintang-bintang itu dan mempelajari bintang-bintang itu sendiri.
Baca juga: Kanibalisme Galaksi Andromeda Terkuak, Target Berikutnya Bima Sakti
Para peneliti juga menggunakan informasi yang dikumpulkan dari Misi Gaia Badan Antariksa Eropa (ESA).
Menurut ahli astrofisika di University of Birmingham, Bill Chaplin, menentukan osilasi alami bintang atau disebut asteroseismologi adalah cara untuk lebih memahami sejarah bintang dan lingkungan tempat mereka terbentuk.
Studi ini akan menunjukkan potensi asteroseismologi dengan TESS, dan apa yang mungkin terjadi ketika seseorang memiliki beragam data mutakhir yang tersedia pada satu bintang terang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.