Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Kongo Resmi Jadi yang Terdalam di Bumi, Ini Buktinya

Kompas.com - 14/01/2020, 19:35 WIB
Amalia Zhahrina,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah menemukan sungai terdalam di dunia, yaitu Sungai Kongo yang terletak di Afrika tengah bagian barat. Hal ini disampaikan oleh pemimpin dari penelitian, Melanie Stiassny, seorang kurator di Departemen Ichthyology di American Museum of Natural History di New York City.

Temuan ini berawal dari misteri ikan-ikan yang mati di sungai tersebut. Lebih dari satu dekade yang lalu, para Ilmuwan menemukan ikan-ikan yang mati dalam sungai ini dengan kondisi buta dan pucat.

Ternyata, penyebab kematian ikan-ikan tersebut adalah sindrom dekompresi atau tikungan, kondisi di mana gelembung udara terbentuk dalam darah dan jaringan tubuh ikan.

Stiassny yang mempelajari keanekaragaman hayati dan evolusi ikan di Kongo bagian bawah, rentang 322 kilometer sebelum sungai bermuara ke Samudra Atlantik, menuturkannya dalam pertemuan American Geophysical Union.

Baca juga: Tempat Paling Ekstrem dan Terpencil di Samudera, Dijuluki Kuburan Roket

Dia berkata bahwa ada lebih dari 300 spesies ikan yang ditemukan hanya di Kongo bagian bawah. Jeram di sana sangat kuat sehingga secara fisik memisahkan populasi ikan dan mendorong spesies baru untuk berevolusi, bahkan ketika tidak ada jarak fisik yang memisahkan hewan dari kerabat dekatnya.

Dari ratusan spesias ikan yang ditemukan, Stiassny menemukan satu spesies yang sangat menonjol dari lainnya.

"Di satu tempat, kami menemukan ikan yang sangat aneh ini. Ini adalah cichlid yang buta dan terasing, sangat mirip ikan gua, tetapi tidak ada gua di sungai" ujarnya seperti dilansir dari Live Science (12/01/2020).

Spesies unik ini membuat Stiassny dan para rekannya kebingungan karena mereka tidak menemukan individu yang masih hidup dari ikan ini. Apalagi ikan-ikan itu mati dengan sangat mengenaskan.

"Ketika itu mati di tangan saya, gelembung terbentuk di bawah kulitnya dan di atas insangnya, tanda pasti sindrom dekompresi” sambung Stiassny.

Baca juga: Spesies Baru Ikan Lele Ditemukan di Sungai Mahakam

Untuk diketahui, sindrom dekompresi disebabkan oleh kenaikan yang cepat dari air yang sangat dalam ke kedalaman yang lebih dangkal. Hal ini membuat tekanan turun tajam dan menyebabkan gas terlarut sehingga membentuk gelembung di dalam tubuh.

Spesies ikan ini pun membuat para peneliti mencurigai bahwa bagian bawah Sungai Kongo sebetulnya lebih dalam dari yang kita ketahui selama ini, dan ikan tersebut berasal dari bagian yang dalam tersebut.

Untuk menyelidikinya, Stiassny dan para peneliti mengukur kedalaman sungai dengan mengirim sebuah kayak atau perahu kecil yang berlayar di atas jeram pada 2008 dan 2009. Kayak tersebut dilengkapi dengan alat-alat pengukur kedalaman sungai.

Penelitian ini juga menggunakan instrumen profiler arus akustik untuk mengukur arah dan kecepatan arus di seluruh kolom air.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa Sungai Kongo memang sangat dalam. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh US Geological Survey, dasar sungai di bagian bawah Sungai Kongo terletak lebih dari 200 meter di bawah permukaan.

"Hasil yang kami dapatkan sangat mencengangkan: Sangat dalam. Sangat dalam" kata Stiassny.

Baca juga: Interceptor 001, Alat Canggih Pembersih Sampah Sungai Beroperasi di Jakarta

Data mereka juga mengungkapkan adanya arus kuat yang berputar di Sungai Kongo dan menyebabkan timbulnya jet-jet air yang menyemprot dari dasar laut ke permukaan. Ketika seekor ikan yang tidak beruntung terkena jet ini, ia akan dengan segera terlempar ke permukaan yang terletak ratusan meter di atas dan mengalami sindrom dekompresi.

Sementara misteri ikan yang mati mungkin telah terpecahkan, masih banyak yang bisa diungkap tentangsungai yang unik ini dan hewan-hewan yang hidup di sana.

Salah satu yang menarik adalah bahwa beberapa populasi ikan yang terisolasi satu sama lain memiliki sifat yang sama, dalam proses yang dikenal sebagai evolusi konvergen.

Menurut Stiassny, bagaimana hal itu terjadi di lingkungan yang unik dan ekstrem ini adalah pertanyaan besar yang akan dilaluinya dan rekan-rekannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com