KOMPAS.com - Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) alias penyakit yang muncul usai imunisasi selalu dikaitkan dengan efek samping dari imunisasi itu sendiri.
Padahal, KIPI bukan merupakan efek samping. Hal tersebut dipaparkan oleh Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari SpA(K) MTropPaed dalam pengukuhan sebagai guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sabtu (11/1/2020).
Data dari Sub Direktorat Imunisasi/Komnas KIPI, Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar laporan KIPI setelah dilakukan pengkajian ternyata tidak terkait dengan vaksin yang diberikan (koinsiden) pada pasien.
"Mudah-mudahan dengan data ini, masyarakat bertambah yakin bahwa program imunisasi di Indonesia aman," kata Irawan.
Baca juga: Program Vaksin HPV Terhambat, Apa Kabar Anak Perempuan di Indonesia?
Sampai pada abad ini, berbagai negara di dunia telah mengendalikan 12 penyakit utama dengan imunisasi. Termasuk pembasmian cacar di dunia.
Indonesia pada tahun 1976 telah membuktikan bahwa imunisasi merupakan upaya kesehatan primer yang paling berhasil dalam mencegah penyakit.
"Imunisasi sudah terbukti merupakan upaya pencegahan di bidang kesehatan yang paling cost effective," kata Hinky.
Hingga saat ini, dalam pelaksanaannya, keamananan vaksin selalu diutamakan, dari tingkat global sampai tingkat desa.
Pengambilan data terkait KIPI, kata Hinky, dilakukan Komnas PP-KPI dengan mengevaluasi setiap laporan dan data kejadian KIPI yang diterima, atau yang menjadi perhatian masyarakat.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis secara transparan untuk selanjutnya memberi rekomendasi atau tindak lanjut.
Melalui surveilans yang baik diharapkan dapat mendeteksi, memperbaiki, dan mencegah kesalahan prosedur program imunisasi.
Adapun indikator kualitas program imunisasi yaitu respon yang cepat dan tepat oleh petugas kesehatan terhadap perhatian orang tua atau masyarakat tentang keamanan imunisasi, di tengah kepedulian masyarakat dan profesional tentang adanya risiko KIPI.
Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ternyata Ini Beda Vaksinasi dengan Imunisasi
Tidak hanya itu, kegiatan pemantauan KIPI yang dilakukan meliputi menemukan kasus, melacak kasus, menganalisis kejadian, menindaklanjuti kasus, melaporkan, dan mengevaluasi kasus.
Dengan data yang ada dapat diperkirakan angka kejadian KIPI (rate KIPI) pada suatu populasi, mengidentifikasi peningkatan rasio KIPI yang tidak wajar pada batch vaksin atau merek vaksin tertentu. Memastikan bahwa suatu kejadian yang diduga KIPI merupakan koinsiden atau bukan disebabkan oleh imunisasi.
Bagian yang terpenting dalam pemantauan KIPI, kata Hinky, adalah menyediakan informasi kasus KIPI atau diduga kasus KIPI secara lengkap agar dapat dengan cepat dinilai dan dianalisis untuk mengidentifikasi dan merespon suatu masalah.