“Saat memerkosa dia merekam dan berkali-kali, itu berarti bukan sekadar kebutuhan seksual. Itu penyimpangan seksual. Dia mau melakukan itu dengan lawan yang tidak sadar,” tuturnya.
Baca juga: Kasus Reynhard Sinaga, Psikiater: Ada Penyimpangan Perilaku Seksual
Penyimpangan perilaku seksual bukan berarti orientasi seksual.
“Bukan masalah orientasi seksualnya sebagai gay, tapi penyimpangan perilaku seksualnya. Perkosaan itu kan tindakan agresivitas, ditambah lagi dengan tindakan merekam dan fantasi seksual lainnya,” tutup dr Dharmawan.
Hal itu dibenarkan oleh Jennyfer. Menurut psikolog klinis tersebut, edukasi, finansial, dan fisik bukan merupakan patokan moralitasnya.
“Di sini lebih berbicara mengenai moralitas. Tidak ada jaminan bahwa seseorang yang memiliki edukasi yang baik, finansial yang baik, serta fisik yang menarik memiliki moralitas yang sebanding,” tuturnya.
Menurut Jennyfer, ada banyak kemungkinan yang bisa mendasari mengapa Reynhard lebih memilih memperkosa.
“Bisa saja karena ada kelainan seksual di mana ia memiliki fantasi untuk melakukan hubungan intim dengan pria heteroseksual, dan fantasinya diterapkan dalam dunia nyata. Pria heteroseksual tidak mau melakukan hubungan intim dengan seorang gay. Maka, Reynhard menggunakan cara tersebut untuk memenuhi fantasinya.”
“Tapi ini hanya kemungkinan. Butuh informasi lebih mendalam untuk mengetahui motif di balik tindakannya,” lanjut Jennyfer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.