KOMPAS.COM - Ketakutan terhadap jaringan 5G kini tengah melanda sebagian masyarakat.
Bahkan, pada awal tahun ini, pemerintah Belgia menghentikan tes jaringan 5G karena masalah radiasi.
Swiss juga menelusuri risiko yang ditimbulkan oleh jaringan 5G. Seorang anggota House of Commons Inggris memperingatkan parlemen tentang "konsekuensi yang tidak diinginkan" dari peningkatan 5G.
Jika Anda menggali lagi penyebab di balik ketakutan ini, Anda akan menemukan beberapa teori konspirasi.
Beberapa orang menganggap bahwa 5G memiliki panjang gelombang yang sama dengan senjata yang biasa digunakan militer untuk menghancurkan semangat musuh.
Baca juga: Rebutan 5G antara AS dan China Juga Mengenai Supremasi Militer
Orang-orang berpendapat bahwa panjang gelombang yang digunakan 5G dalam setiap infrastruktur ponsel generasi baru belum pernah diuji.
Oleh karena itu, mereka menganggap bila menggunakan 5G maka dirinya menjadi kelinci percobaan untuk teknologi ini.
Secara umum, anggapan tentang bahaya 5G tidak jauh dari konspirasi katak gay.
Namun, semua anggapan tersebut ternyata tidak benar.
Kepala komunikasi teknologi di penyedia jaringan seluler Inggris EE, Howard Jones menjelaskan, panjang gelombang yang akan digunakan jaringan 5G sudah melewati masa uji.
"Panjang gelombang yang digunakan dan akan digunakan 5G semuanya sepenuhnya aman dan telah dalam penelitian dan pengujian selama beberapa dekade" ujarnya kepada The Guardian, seperti dilansir Science Alert (01/01/2020).
Saat Anda menggunakan ponsel Anda, ponsel ini berinteraksi dengan menara telepon terdekat melalui gelombang radio.
Setelah itu, menara telepon akan menghubungkan ke jaringan inti, sehingga dapat meneruskan informasi yang diterimanya dan mengirimkan kembali.
Saat ini, jika telepon Anda menggunakan 4G, pita frekuensi gelombang radio yang digunakannya berkisar antara 2 - 8 GHz.
Frekuensi tersebut sedikit lebih tinggi dari 3G, yaitu 1,8 - 2,5 GHz. Namun ukuran frekuensi ini tetap tergantung wilayah Anda.