Hal ini dianggap penting karena pengobatan saat ini biasanya dimulai satu bulan setelah operasi, sehingga hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat lebih cepat terlaksana dan lebih banyak menguntungkan pasien kanker.
Dalam studi terbaru, para peneliti mengeluarkan spesimen tumor segar dari 52 pasien untuk "menumbuhkan" organoid tumor yang sesuai di laboratorium.
Tingkat keberhasilan keseluruhan untuk menghasilkan glioblastoma organoids (GBOs) adalah 91,4 persen dengan 66,7 persen tumor mengekspresikan mutasi IDH1, dan 75 persen untuk tumor berulang, dalam dua minggu.
Para peneliti juga dapat melakukan biobank pada organoid tumor glioblastoma ini dan memulihkannya untuk dianalisis.
Tidak hanya itu, para peneliti juga melakukan analisis genetik, histologis, molekuler pada 12 pasien untuk memastikan bahwa GBO baru ini sebagian besar mempertahankan fitur dari tumor primer pada pasien.
Berikutnya, mereka berhasil mentransplantasikan delapan sampel GBO ke otak tikus dewasa, yang menunjukkan infiltrasi sel kanker yang cepat, agresif, dan mutasi kunci sel kanker bertahan hingga tiga bulan kemudian.
Dari transplantasi tersebut, peneliti dapat mengamati ciri utama GBM, infiltrasi sel tumor ke jaringan otak disekitarnya pada tikus itu.
Untuk meniru perawatan usai operasi, para peneliti melakukan GBO untuk standar perawatan dan terapi yang ditargetkan, termasuk obat-obatan dari uji klinis dan imunoterapi sel reseptor antigen T (CAR-T) chimeric.
Untuk setiap perawatan, para peneliti menunjukkan bahwa respons organoid berbeda dan efektivitasnya berkolerasi dengan mutasi genetik pada tumor pasien.
Model ini membuka kemungkinan untuk uji klinis masa depan untuk perawatan yang dipersonalisasi berdasarkan respon tumor pasien individu untuk berbagai otak yang berbeda.
Khususnya, para peneliti mengamati manfaat dalam organoid yang diobati dengan terapi CAR-T, yang telah mereka gunakan dalam uji klinis yang sedang berlangsung untuk menargetkan mutasi EGFRvIII, pendorong penyakit.
Dalam enam GBO, para peneliti menunjukkan efek spesifik pada GBO pasien dengan mutasi EGFRvIII dengan perluasan sel CAR-T dan pengurangan sel pendukung kanker yaitu EGFRvIII.
Baca juga: Menyelisik Fakta Kanker Paru, Salah Satu Penyakit Mengerikan di Dunia
Kata O'rourke, dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut, dan berfokus kepada potensi untuk menguji dan perawat glioblastoma dengan pendekatan yang dipersonalisasikan.
Tujuan utamanya adalah kita dapat mempelajari organoid pasien dan menguji sel CAR-T mana yang akan menjadi yang terbaik untuk melawan tumornya, secara real time.
Sementara itu, kata O'rourke, tujuan jangka pendeknya, karena heterogenitas glioblastoma, pengujian in vitro dari berbagai pilihan terapi dapat mempersempit pendaftaran pasien dalam uji klinis.
Dengan mendefinisikan mutasi gen secara lebih akurat dan memilih terapi target mana yang sesuai dan tersedia untuk masing-masing pasien.
Penelitian ini didukung oleh Glioblastoma Translational Centre od Excellence di Abramson Cancer Centre, National Institutes of Health, Sheldon G Adelson Medical Research Foundation, Blavatnik Family Fellowship dalam Biomedical Research, dan Hearst Foundation Fellowship.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.