KOMPAS.com - Glioblastoma multiforme (GMB) adalah salah satu jenis kanker otak yang paling sulit untuk dipelajari dan diobati. Tantangan paling besar dari hal tersebut adalah heterogenitas tumor.
Pendekatan pengobatan seperti operasi, radiasi, dan kemoterapi bersama dengan terapi seluler baru yang dapat dipersonalisasi, telah terbukti dapat memperlambat pertumbuhan tumor dan menjaga pasien bebas penyakit selama beberapa periode tertentu.
Namun, penanganan tersebut belum menyembuhkan seutuhnya.
Studi terbaru mengenai organoid tumor otak dari pasien penderita glioblastoma telah dikembangkan di laboratorium.
Baca juga: Selain Kanker Otak, 3 Penyakit Otak Ini dapat Membunuhmu
Sel dari kanker otak yang paling agresif ini menunjukkan sesuatu yang menurut para peneliti dapat berfungsi sebagai model yang efektif dan cepat untuk menguji strategi perawatan.
"Sementara, kami telah membuat langkah penting dalam penelitian glioblastoma, tantangan praklinis dan klinis tetap ada, dan ini membuat kami merasa semakin dekat untuk menemukan perawatan yang lebih efektif (pada pasien glioblastoma)," kata Hongjun Song, Profesor Ilmu Saraf di Perelman Scholl of Medicine di University of Pennsylvania.
Baca juga: Kenali Gejala Kanker Otak Glioblastoma yang Diidap Agung Hercules
Dikutip Futurity, kata Hongjun, salah satu rintangan adalah kemampuan untuk merekapitulasi tumor untuk tidak hanya lebih memahami karakteristik kompleksnya.
Namun juga menentukan terapi apa yang bisa diberikan untuk melawan dengan cara yang lebih efisien, usai operasi.
Di laboratorium, otak organoid yang tumbuh berasal dari sel induk berpotensi majemuk di manusia.
Jaringan sel pasien tumbuh ke ukuran tidak lebih besar dari kacang, tetapi juga bisa direkapitulasi seperti komposisi penting genetik, otak jenis sel heterogenitas, dan bentuknya.
Model-model yang direkapitulasi ini memungkinkan para peneliti untuk mengamati otak pasien dan membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kanker mereka.
Kemudian, memungkinkan ahli untuk mengupayakan berbagai hal untuk menyerang sel kanker tersebut.
Hal yang membuat organoid sangat menarik dalam glioblastoma adalah pengaturan waktu dan kemampuan untuk mempertahankan tipe sel dan heterogenitas genetiknya.
Sementara, model in vitro yang ada telah menambah pemahaman peneliti tentang mekanisme biologis yang mendasari kanker, yang dinyatakan sel kanker tersebut memiliki keterbatasan.
Tidak seperti model pengembangan penelitian lainnya, riset organoid tumor otak yang dikembangkan ini jauh lebih cepat dalam menunjukkan ekspresi gen dan fitur histologis lainnya yang lebih dekat mewakili tumor.
Hal ini dianggap penting karena pengobatan saat ini biasanya dimulai satu bulan setelah operasi, sehingga hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat lebih cepat terlaksana dan lebih banyak menguntungkan pasien kanker.
Dalam studi terbaru, para peneliti mengeluarkan spesimen tumor segar dari 52 pasien untuk "menumbuhkan" organoid tumor yang sesuai di laboratorium.
Tingkat keberhasilan keseluruhan untuk menghasilkan glioblastoma organoids (GBOs) adalah 91,4 persen dengan 66,7 persen tumor mengekspresikan mutasi IDH1, dan 75 persen untuk tumor berulang, dalam dua minggu.
Para peneliti juga dapat melakukan biobank pada organoid tumor glioblastoma ini dan memulihkannya untuk dianalisis.
Tidak hanya itu, para peneliti juga melakukan analisis genetik, histologis, molekuler pada 12 pasien untuk memastikan bahwa GBO baru ini sebagian besar mempertahankan fitur dari tumor primer pada pasien.
Berikutnya, mereka berhasil mentransplantasikan delapan sampel GBO ke otak tikus dewasa, yang menunjukkan infiltrasi sel kanker yang cepat, agresif, dan mutasi kunci sel kanker bertahan hingga tiga bulan kemudian.
Dari transplantasi tersebut, peneliti dapat mengamati ciri utama GBM, infiltrasi sel tumor ke jaringan otak disekitarnya pada tikus itu.
Untuk meniru perawatan usai operasi, para peneliti melakukan GBO untuk standar perawatan dan terapi yang ditargetkan, termasuk obat-obatan dari uji klinis dan imunoterapi sel reseptor antigen T (CAR-T) chimeric.
Untuk setiap perawatan, para peneliti menunjukkan bahwa respons organoid berbeda dan efektivitasnya berkolerasi dengan mutasi genetik pada tumor pasien.
Model ini membuka kemungkinan untuk uji klinis masa depan untuk perawatan yang dipersonalisasi berdasarkan respon tumor pasien individu untuk berbagai otak yang berbeda.
Khususnya, para peneliti mengamati manfaat dalam organoid yang diobati dengan terapi CAR-T, yang telah mereka gunakan dalam uji klinis yang sedang berlangsung untuk menargetkan mutasi EGFRvIII, pendorong penyakit.
Dalam enam GBO, para peneliti menunjukkan efek spesifik pada GBO pasien dengan mutasi EGFRvIII dengan perluasan sel CAR-T dan pengurangan sel pendukung kanker yaitu EGFRvIII.
Baca juga: Menyelisik Fakta Kanker Paru, Salah Satu Penyakit Mengerikan di Dunia
Kata O'rourke, dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut, dan berfokus kepada potensi untuk menguji dan perawat glioblastoma dengan pendekatan yang dipersonalisasikan.
Tujuan utamanya adalah kita dapat mempelajari organoid pasien dan menguji sel CAR-T mana yang akan menjadi yang terbaik untuk melawan tumornya, secara real time.
Sementara itu, kata O'rourke, tujuan jangka pendeknya, karena heterogenitas glioblastoma, pengujian in vitro dari berbagai pilihan terapi dapat mempersempit pendaftaran pasien dalam uji klinis.
Dengan mendefinisikan mutasi gen secara lebih akurat dan memilih terapi target mana yang sesuai dan tersedia untuk masing-masing pasien.
Penelitian ini didukung oleh Glioblastoma Translational Centre od Excellence di Abramson Cancer Centre, National Institutes of Health, Sheldon G Adelson Medical Research Foundation, Blavatnik Family Fellowship dalam Biomedical Research, dan Hearst Foundation Fellowship.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.