Para penulis menyebut ini "fugacity crisis", setelah istilah yang mengukur seberapa mudah gas larut ke dalam campuran daripada apa yang diharapkan berdasarkan tekanan.
Baca juga: Planet Sembilan yang Misterius Diduga Bukan Planet, tetapi Lubang Hitam
Skenario atau teori di atas, kata Kite, sejauh ini sangat cocok dengan pengamatan yang ada. Ada beberapa penanda yang bisa dicari para astronom di masa depan.
Sebagai contoh, jika teori itu benar, maka planet-planet dengan lautan magma yang cukup dingin untuk mengkristal di permukaan akan menampilkan penampakan yang berbeda, karena ini akan mencegah lautan magma tersebut menyerap begitu banyak hidrogen.
Sementara survei yang sedang dan yang akan datang dari TESS dan teleskop, diharapkan memberikan data lebih banyak kepada astronom untuk bekerja.
"Tidak ada yang seperti dunia ini di tata surya kita," ujar Kite.
Meskipun, kata Kite, hal ini diharapkan menjadi solusi untuk salah satu teka-teki terkait eksoplanet sub-Neptunus, tetapi ada banyak hal lagi yang semestinya akan diajarkan kepada kita.
Penelitian ini sudah diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters. Dengan pendanaan penelitian dari NASA, NSF, Penn State, Eberly College of Science, Pennsylvania Space Grant Consortium, Univeritas Washington, dan Universitas Stanford.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.