Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Makna Penting di Balik Lukisan 44.000 Tahun di Gua Sulawesi

Kompas.com - 17/12/2019, 20:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mengapa karya seni ini penting?

Hasil kami menunjukkan lukisan di Leang Bulu’ Sipong 4 adalah seni figuratif tertua di dunia.

Selain dari keantikan luar biasa dari lukisan ini, ini adalah kali pertama narasi visual yang rinci atau “cerita” telah teridentifikasi dalam seni gua pada periode awal.

Pandangan umum di Eropa adalah bahwa seni batuan manusia yang pertama terdiri dari simbol geometeris sederhana yang berevolusi menjadi lukisan figuratif hewan indah dari Prancis dan Spanyol dari sekitar 35.000 tahun yang lalu. Menurut pandangan ini, adegan pertama dan makhluk manusia-binatang (dikenal sebagai therianthropes, setengah manusia dan setengah hewan) tersebut akan muncul jauh setelah lukisan di Eropa.

Tapi seni di Leang Bulu’ Sipong 4 menunjukkan komponen utama dari budaya artistik yang maju dan telah ada di Sulawesi sejak 44.000 tahun lalu, yakni seni figuratif, adegan-adegan, dan therianthropes.

Mungkin seni “kompleks” seperti ini sudah dibuat di suatu tempat di Asia atau Afrika lebih lama lagi.

Permulaan spiritualitas manusia

Gambaran awal therianthropes pada Leang Bulu’ Sipong 4 sangatlah mengagumkan.

Ratno Sardi Adegan berburu di Leang Bulu’ Sipong 4. Sebuah kelompok setengah manusia setengah hewan tampaknya menangkap seekor anoa (binatang asli Sulawesi yang mirip kerbau) dengan tali atau tombak.

Dalam budaya Barat, kita sangat akrab dengan gambaran tubuh sebagian manusia dan sebagian binatang seperti manusia serigala. Tapi therianthropes sering memiliki dampak agama dan kepercayaan yang besar.

Ratno Sardi Sebuah gambar setengah manusia-setengah hewan dalam adegan perburuan di Leang Bulu’ Sipong 4. Motif ini muncul untuk mewakili sosok manusia dengan kepala dan paruh seperti burung.

Sebagai contoh, orang Mesir kuno menghormati dan takut akan banyak dewa dan iblis yang bentuk fisiknya gabungan antara hewan dan manusia, seperti dewa kematian berkepala serigala, Anubis, dan Sphinx yang memiliki tubuh singa dan kepala manusia.

Kapan kita pertama kali mengembangkan kemampuan kita untuk membayangkan makhluk luar biasa seperti itu?

Sampai sekarang, gambar yang paling awal diketahui dari seorang therianthrope dalam arkeologi dunia adalah “Manusia singa” dari Jerman yang berupa sebuah patung manusia berkepala kucing dan diukir dari gading mamut raksasa. Para arkeolog Nazi menemukan artefak ini pada 1939 dan konon disebut artefak ini berusia 40.000 tahun.

Dengan umur 44.000 tahun atau lebih, gambar-gambar dari Leang Bulu’ Sipong 4 mendahului “Manusia singa”. Mereka mungkin petunjuk awal dari kemampuan kita untuk membayangkan keberadaan entitas yang tidak nyata seperti setengah manusia-setengah hewan.

Dunia kuno ini menghilang

Karya seni gua Sulawesi merupakan sebuah hadiah dari permulaan budaya manusia. Tapi hadiah ini mulai runtuh di depan mata kita.

Survei seni batuan kami dengan kolega Indonesia telah menemukan banyak situs gua baru di Maros-Pangkep dengan lukisan figuratif spektakuler yang masih menunggu untuk diketahui usianya. Kami juga mengamati kerusakan seni ini di hampir setiap lokasi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com