Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2019: 4 Kontroversi Medis, dari Sarwendah hingga Bajakah

Kompas.com - 16/12/2019, 14:14 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Sepanjang 2019 ada banyak perdebatan terkait dunia medis.

Mulai dari plester mulut saat tidur ala Andien, suntik DNA salmon yang dilakukan Krisdayanti, Sarwendah memberikan ASI untuk Betrand Peto, hingga bajakah.

Masing-masing isu itu sempat ramai diperbincangkan. Terlepas dari pro kontranya, kita tetap bisa mengambil manfaat dan mempelajari faktanya menurut sains.

Baca juga: Kaleidoskop 2019: 5 Gempa yang Paling Merusak di Indonesia

1. Plester mulut ala Andien

Andien dan keluarga membiasakan diri untuk tidur dengan mulut diplester. Andien dan keluarga membiasakan diri untuk tidur dengan mulut diplester.

Bulan Juli, salah satu postingan penyanyi Andien mendapat sorotan khalayak. Seperti terlihat dalam gambar, Andien, suami, dan anaknya berfoto sambil memplester mulut.

Hal ini diakui Andien menjadi kebiasaan baru saat tidur, namanya buteyko breathing.

Ia mengatakan, dirinya sempat mengikuti workshop Buteyko Breathing. Dalam acara itu, ia mendapat penjelasan bahwa teknik pernafasan tersebut bisa menyembuhkan 200 penyakit kronis.

Menurutnya, teknik bernafas itu sangat bermanfaat. Namun ia buru-buru menambahkan, "Kalau belum punya kesempatan itu, mulai dengan memplester mulut ketika tidur."

Nah, apakah memplester mulut saat tidur benar-benar memberi manfaat?

Konsultan Laring Faring Departemen THT-KL FKUI RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Fauziah Fardizza, SpTHT-KL (K) menjelaskan, manusia bernapas melalui hidung tetapi ada kalanya lewat mulut.

Buteyko berguna memperbaiki kualitas udara yang masuk ke paru-paru. Syarat kualitasnya adalah suhu 3 derajat Celsius dan kelembaban 100 persen.

Sebenarnya, Buteyko bermanfaat untuk orang dengan asma. Saat orang asma kumat, orang asma bernafas dengan hiperventilasi. Ini bisa diperbaiki dengan buteyko.

Namun, buteyko tidak disarankan pada orang dengan sleep apnea. Pada orang tersebut, lubang hidung sempit dan akhirnya kerap bernapas lewat mulut dan mendengkur. Jika mulut ditutup, akan kesulitan bernafas.

Baca selengkapnya: Mengenal Buteyko Breathing, Tidur dengan Mulut Diplester Ala Andien

2. Krisdayanti suntik DNA Salmon

Dalam acara Ngopi Dara di kanal Youtube TransTV Official Juni 2019, Krisdayanti mengaku punya resep cantik.

Salah satu yang dipakai untuk mencerahkan wajah adalah DNA Salmon.

"Karena tubuh kita kan selain karbohidrat. Kita juga butuh lemak dari Omega itu. Makanya pakai DNA salmon," kata Krisdayanti seperti dikutip Kompas.com , 24 Juni 2019 lalu.

"Jadi itukan memang untuk brightening. Pakai DNA dari ikan salmon," imbuhnya.

dr. Tan Shot Yen, M.Hum membantah keras pernyataan sang diva. "Hoaks ya, DNA ikan beda dengan DNA manusia," tegasnya.

Menurut Tan, tidak mungkin manusia mengonsumsi omega 3 dengan mengoleskannya di wajah. Suntik DNA ikan menurutnya lebih absurd lagi.

Dia menambahkan, ikan laut sebaiknya tidak digoreng. Lemaknya akan berubah menjadi akrilamida dan hidrokarbon aromatik polisiklik yang akan memicu kanker.

Baca selengkapnya: Ahli Gizi Sebut Rahasia Awet Muda Krisdayanti karena DNA Salmon, Hoaks

3. Bajakah efektof obati kanker?

Agustus 2019 Indonesia ramai membahas bajakah, tanaman khas Kalimantan Tengah yang diyakini bisa menyembuhkan kanker payudara.

Tanaman bajakah viral setelah dua siswi SMA Palangka Raya memenangkan medali emas di Korea Selatan.

Mereka menemukan, bubuk bajakah berkhasiat menyembuhkan kanker. Padahal, bubuk bajakah baru diujicobakan ke tikus.

Kepada Kompas.com, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo mengatakan bahwa klaim bajakah sebagai obat kanker butuh lebih dari sekadar uji coba terhadap tikus.

"Karena ujicoba terhadap tikus dan manusia itu berbeda," kata Prof Aru.

Dia pun menambahkan bahwa obat yang dipastikan bisa menyembuhkan kanker manusia itu haruslah berhasil melewati beberapa fase uji klinis terhadap manusia terlebih dahulu.

Dilansir dari situs resmi Cancer Research UK, 13 Ferbuari 2019; berikut adalah lima fase dari uji klinis obat untuk kanker pada manusia.

Fase 0

Pada fase ini, ujicoba dilakukan pada sekelompok kecil partisipan, biasanya sekitar 10-20 orang, dengan banyak tipe kanker.

Tes ini mengujikan calon obat dalam dosis yang rendah untuk mengecek apakah berbahaya atau tidak.

Pada fase ini, penelitian tidak perlu dilakukan secara acak atau partisipannya dikelompokkan secara acak.

Fase 1

Tidak jauh berbeda dengan fase 0, pada fase ini jumlah orang yang dijadikan sampel tes masih dalam kategori kecil, sekitar 20 sampai 50 orang dengan banyak tipe kanker.

Tujuan dari fase ini yaitu menemukan efek samping dan bagaimana obat bereaksi di dalam tubuh orang-orang yang diuji.

Sama seperti fase 0, para partisipan dalam uji klinis fase 1 tidak perlu dikelompokkan secara acak.

Fase 2

Jumlah partisipan fase ini masuk dalam kategori sedang, dengan melibatkan puluhan orang atau bahkan lebih dari 100 orang. Biasanya uji klinis fase 2 dilakukan untuk satu atau dua tipe kanker, meski kadang bisa lebih dari itu.

Fase ini dilakukan dengan maksud menemukan efek samping dan seberapa efektif terapi bekerja.

Tidak seperti fase 0 dan 1, fase 2 biasanya dilakukan secara acak.

Fase 3

Fase 3 memiliki sampel besar yang melibatkan ratusan atau ribuan orang. Biasanya, pengujian hanya untuk satu tipe kanker, walaupun sesekali ada yang lebih dari satu.

Tujuan pada fase ini yaitu membandingkan terapi terbaru dengan terapi standar yang biasanya dilakukan.

Sampel biasanya dikelompokkan secara acak.

Fase 4

Uji coba fase 4 biasanya dilakukan dengan sampel partisipan yang berukuran medium atau besar. Biasanya dilakukan untuk satu tipe kanker atau sesekali lebih.

Gunanya untuk manfaat jangka panjang dan efek samping dari terapi yang baru, sehingga uji coba tidak dilakukan secara acak.

Baca juga: Untuk Jadi Obat Kanker, Akar Bajakah Harus Melewati Fase-fase Ini

4. Sarwendah beri ASI ke Betrand Peto

Sarwendah Tan dan Betrand Peto saat ditemui di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019).KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI Sarwendah Tan dan Betrand Peto saat ditemui di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019).
Di bulan November lalu, nama Sarwendah pun ramai diperbincangkan khalayak setelah dia mengaku memberi ASI untuk anak angkatnya, Betrand Peto.

Sarwendah memberikan ASI-nya kepada Betrand dengan menggunakan gelas, tapi tetap saja banyak warganet mempertanyakan kenapa hal ini dilakukan.

Dari segi gizi, ahli nutrisi Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum mengatakan, ASI pada hakikatnya merupakan makanan komplet untuk bayi yang diasup secara eksklusif pada enam bulan pertama.

Kemudian diteruskan bersama Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga usia dua tahun.

"Nah saat anak sudah tumbuh gigi dan punya habit makan, maka nutrisi yang sebenarnya dari manusia tentu bergeser," tutur dr Tan kepada Kompas.com, Selasa (19/11/2019).

Lalu bagaimana dengan kebutuhan nutrisi anak berusia 14 tahun? dr Tan menyebutkan bahwa anak dengan usia tersebut tidak bisa mendapat nutrisi cukup dari ASI.

"Pada usia tersebut yang penting adalah pemenuhan nutrisi dari makanan pokok yang terdiri dari karbohidrat, sayuran, buah-buahan, lauk-pauk, dan air putih," paparnya.

Sementara itu, psikolog anak dan keluarga dari Lembaga Asesmen dan Intervensi Psikologis Klinis Terpadu Fakultas Psikologi UI, Anna Surti Ariani mengatakan, ada cara lain yang bisa dilakukan jika tujuan memberi ASI adalah untuk meningkatkan ikatan batin antara Sarwendah dan Betrand.

Menurutnya, meningkatkan ikatan batin dengan anak yang sudah beranjak remaja bisa dilakukan dengan pelukan, belaian, dan berkomunikasi tanpa gangguan televisi atau handphone.

Baca selengkapnya: Soal Betrand Peto Minum ASI Sarwendah, Ini Kata Ahli Gizi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com