KOMPAS.com - Di antara berbagai jenis kanker, kanker paru menjadi pembunuh terbesar laki-laki di Indonesia. Apalagi, jumlah penderitanya terus meningkat.
Sepanjang tahun 2010, data dari Poliklinik Onkologi Paru RS Persahabatan tercatat kasus baru hampir 1.500 per tahun, atau sekitar 6 orang per hari.
Sampai 2018 angkanya terus meningkat, baik pada laki-laki maupun perempuan.
Dijelaskan oleh Dr.Sita Andarini Sp.P(K), faktor risiko utama kanker paru adalah rokok.
"Perokok memiliki risiko kanker paru 13,6 kali lipat lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok," katanya dalam acara media edukasi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Karena itu, jumlah penderita dan yang meninggal akibat kanker paru di Indonesia diprediksi akan terus membesar karena 2 dari 3 laki-laki Indonesia adalah perokok aktif.
Pada perokok pasif risiko lebih besar 4 kali lipat dibandingkan orang yang tidak pernah terpapar asap rokok.
Baca juga: Bagaimana Cara Dokter Menentukan Stadium Kanker Paru?
Terapi terkini
Kanker paru dibagi menjadi stadium 1-4. Pasien dengan stadium 1-2A masih bisa diterapi dengan pembedahan, namun untuk stadium 3A ke atas, maka terapinya lebih ke terapi paliatif atau meningkatkan kualitas hidup pasien karena harapan hidupnya kecil.
Sampai saat ini terapi utama kanker paru adalah pembdahan, kemoterapi, radioterapi dan imunoterapi.
“Kanker yang sudah menyebar ke organ lain, tidak mungkin dibedah sehingga pengobatannya biasanya dengan kemoterapi, atau terapi target,” jelas Sita.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.