Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampukah Kecerdasan Buatan Bantu Tumbuh Kembang Anak?

Kompas.com - 19/11/2019, 18:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perkembangan teknologi yang memasuki era revolusi industri 4.0 dianggap memengaruhi berbagai bidang ilmu, termasuk kedokteran. Salah satu fokusnya adalah cara dan pola tumbuh kembang anak.

Era revolusi industri 4.0 dapat juga dikatakan sebagai era Artificial Intelligence (AI) dan machine learning, atau juga sering disebut dengan kecerdasan buatan.

Perkembangan teknologi menjadi tantangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari bagi pembimbing, juga generasi penerus atau anak-anak.

Prof Dr dr Tjhin Wiguna SpPJ(K) dalam pengukuhannya sebagai guru besar Universitas Indonesia di IMERI UI, Sabtu (16/11/2019), menyampaikan bahwa salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia yaitu berfokus pada psikiatri anak dan neurosains dalam perkembangan teknologi AI.

Baca juga: Kecerdasan Buatan di Balik #AgeChallenge Aplikasi Wajah Tua FaceApp

Menurut dr Wiguna, di era revolusi industri 4.0 tantangan terbesar yang dihadapi yaitu mencukupi kebutuhan stimulasi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan emosi anak.

"Agar generasi penerus mampu memiliki jiwa yang sehat untuk meghadapi perubahan yang cepat dan drastis," tuturnya.

Mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2002, UU Nomor 18 Tahun 2014, dan konsep World Health Organization (WHO), anak yang sehat jiwanya adalah anak yang mampu merasakan bahwa dirinya sehat dan bahagia.

"Psikiatri anak dan neurosains mencoba menjawab tantangan perkembangan era revolusi industri 4.0 saat ini. Juga diharapkan mencapai target tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia," kata dia.

Psikiatri anak

dr Wiguna menjelaskan, psikiatri anak merupakan salah satu cabang yang berorientasi dan mendalami tahapan pertumbuhan serta perkembangan emosi dan perilaku anak.

Hal itu dimaksudkan agar dapat memberikan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan elektik-holistik untuk mencapai derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi anak dan keluarganya.

Baca juga: Cara Sederhana Bikin Anak Jadi Generasi Sehat, Generasi Unggul

Upaya-upaya ini juga diharapkan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupan anak. Mampu menerima orang lain dan lingkungannya sebagaimana adanya, mempunyai persepsi dan sikap yang positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

"Periode tersebut menjadi sangat penting karena menjadi landasan utama bagi pertumbuhan otak dan perkembangan karakter serta kepribadian individu di masa mendatang," ujarnya.

Ilustrasimonsitj Ilustrasi

Neurosains

Neurosains merupakan sebuah bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem neuron, dan sistem saraf menjadi komponen penting utama untuk otak.

Untuk mencapai tujuan menciptakan generasi penerus dengan jiwa yang sehat untuk menghadapi perubahan yang cepat dan drastis tersebut, perlu adanya elaborasi antara psikiatri anak dan neurosains.

"Psikiatri anak dan neurosains, sebaiknya dilakukan dengan elaborasi ke tahap perkembangan manusia dimulai dari yang paling awal," ujar dia.

Baca juga: Neurosains Jelaskan Cara Kerja Otak Sulut Kerusuhan 22 Mei 2019

Tahap perkembangan awal itulah yang bisa dimulai sejak janin sampai anak lahir. Anak kemudina tumbuh dan berkembang terutama terkait relasi emosi dan kelekatan ibu-anak.

Pengaruh AI dalam perkembangan anak

Dalam perkembangan teknologi yang semakin cepat dan drastis, teknologi AI yang juga dikatakan sebagai machine learning atau super-komputer mampu mengubah interaksi antar manusia.

Seperti pola interaksi berkomunikasi antar teman, antar tetangga, antar guru dan murid, hingga pola komunikasi antar orang tua dan anaknya.

Tidak sedikit kecerdasan buatan di era AI ini dapat menggantikan pekerjaan seseorang dalam melakukan sesuatu terutama unsur medis.

Ilustrasi artificial intelligenceSHUTTERSTOCK Ilustrasi artificial intelligence

Meski demikian, kata dr Wiguna, ada hal yang tidak bisa digantikan oleh AI dan harus diantisipasi akan menjadi efek yang tidak baik dari AI.

Yaitu, AI belum mampu menggantikan peran relasi emosi (bonding) dan kelekatan ibu-anak yang bersifat hakiki dan dikatakan hanya ditemukan pada manusia.

"Oleh karena itu, mengintegrasikan sistem layanan kesehatan psikiatri perinatal dan psikiatri anak usia balita dalam layanan primer merupakan hal yang sangat penting dilakukan saat ini yaitu layanan kesehatan jiwa. Hal ini dilakukan sejak ibu mengandung sampai anak lahir untuk mendukung terbentuknya bonding dan kelekatan ibu-anak bersifat aman," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau