Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Cara Jadi Generalis Spesialis untuk Jawab Tantangan Ekonomi Digital

Kompas.com - 14/11/2019, 07:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Muhammad Yorga Permana


Munculnya otomasi pekerjaan dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) mengancam pekerjaan para spesialis jika mereka tidak memiliki alternatif kepakaran lain.

Secara global, misalnya, sebuah konsultan riset memprediksi sekitar 800 juta pekerja akan kehilangan pekerjaan pada 2030 akibat digitalisasi ekonomi. Di Indonesia, pada periode yang sama diperkirakan 50 juta peluang kerja akan lenyap, walau pada masa yang sama lahir pekerjaan baru seiring dengan berkembangnya industri berbasis digital.

Kegagalan manusia untuk beradaptasi mengakibatkan pekerjaan mereka tergantikan. Ekonom asal MIT Brynjolfsson dan Mcafee menyebut kenyataan ini sebagai “kekalahan berlomba melawan mesin”.

Tapi sejarah juga telah membuktikan bahwa manusia telah bertahan sejak 300.000 tahun yang lalu hingga hari ini karena kemampuan adaptasinya yang luar biasa. Apa yang membuat Homo sapiens (manusia modern) bisa menjadi satu-satunya spesies manusia yang bertahan di dunia hingga hari ini?

Riset menunjukkan bukti-bukti yang menyakinkan bahwa rumus generalis sekaligus spesialis adalah kunci mereka bertahan hidup. Dan rumus itu tampaknya tetap relevan di tengah revolusi digital yang mengubah dunia pekerjaan dan pendidikan.

Bertahan karena generalis-spesialis

Arkeolog Patrick Roberts dari Max Planck Institute dan Brian Stewart dari University of Michigan dalam studi terbarunya yang dipublikasikan di Nature Human Behavior berkesimpulan bahwa kemampuan Sapiens untuk beradaptasi dalam lingkungan yang berbeda-beda, bahkan termasuk yang ekstrem sekalipun, berperan penting dalam menyelamatkan manusia modern dari berbagai ancaman.

Kedua peneliti ini menyebut manusia modern sebagai generalis spesialis.

Selama ini terdapat dikotomi jelas antara spesies generalis dan spesies spesialis dalam dunia organisme.

Panda misalnya, merupakan makhluk spesialis yang hanya dapat hidup dalam kondisi lingkungan dingin dengan sumber makanan terbatas. Lain halnya dengan hewan omnivora sebangsa tikus atau rakun yang identik dengan spesies generalis yang cenderung bisa beradaptasi di berbagai lingkungan.

Meskipun manusia selama ini diidentikan sebagai makhluk generalis, Roberts dan Stewart rupanya memiliki pandangan lain. Bagi keduanya, manusia modern merupakan makhluk generalis dan spesialis pada saat bersamaan.

Homo sapiens yang diprediksi telah hidup sejak 300 ribu tahun lalu memulai perjalanan migrasinya keluar dari benua Afrika 100 ribu tahun kemudian.

Sejak itu, Sapiens berhasil menjelajahi seluruh dataran di bumi dengan kondisi beragam: menaklukkan sabana Afrika, gurun di semenanjung Arab, dataran tinggi Tibet yang dingin, hingga hutan tropis di Indonesia.

Bukan hanya melewati, sebagian dari populasi Sapiens ini justru kemudian menetap dan berkembang biak di suatu lingkungan tertentu menggantikan spesies manusia lain seperti Homo neanderthalensis atau Homo erectus.

Di sinilah letak simultannya, di satu sisi dengan sifat adaptifnya Sapiens bisa bertahan di berbagai kondisi lingkungan, tapi di sisi lain sebagian populasi Sapiens menspesialisasikan dirinya ke dalam kondisi tertentu. Bahkan sampai berkoloni hingga membangun peradaban di tempat tersebut.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau