Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4.682 Babi di Sumut Mati karena Penyakit Hog Cholera, Apa Itu?

Kompas.com - 10/11/2019, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Hingga Kamis (7/11/2019), virus hog cholera atau kolera babi mewabah di 11 kabupaten Sumatera Utara dan mematikan 4.682 ekor babi.

Hingg hari ini, setiap menitnya selalu ada bangkai babi mengambang di sungai dan menimbulkan bau tidak sedap.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara Azhar Harahap mengatakan, virus hog cholera menyebar dengan cepat pada babi ternak.

Virus hog cholera pada ternak babi belum dapat diobati dan pemberian vaksin hanya sebagai upaya pencegahan. Begitu juga dengan pemberian desinfektan dan vitamin.

"Populasi babi di Sumut ada 1,2 juta. 4.682 ekor mati karena hog cholera," kata Azhar.

Baca juga: Hidung Buatan Ini Bisa Deteksi Minyak Babi, Pastikan Makanan Halal

Lantas, apa itu hog cholera?

Hog cholera atau kolera babi - juga dikenal dengan sebutan demam babi klasik - merupakan penyakit sangat fatal yang menyerang babi, karena bisa mematikan.

Penyakit ini disebabkan oleh falvivirus, yakni virus demam babi klasik dari genus Pestivirus.

Dilansir Encyclopedia Britannica, penyakit babi kolera ditularkan dari babi yang terinfeksi ke babi lain, lewat agen pengangkut.

Sebagai contoh, penularan dapat terjadi ketika ada proses pemindahan ternak babi dari satu peternakan ke peternakan lai atau sampah yang digunakan untuk pakan babi yang terkotaminasi.

Selain itu, sepatu, pakaian, pisau, peralatan rumah tangga, maupun kendaraan yang digunakan dalam mengelola ternak babi juga bisa menjadi pengantar virus.

Dalam rentang waktu empat hari sampai tiga minggu setelah terpapar virus, babi akan mengalami demam tinggi.

Tanda-tanda lain agak bervariasi, mulai dari hilang nafsu makan, depresi, mata memerah dan kering, muntah, diare, batuk, hingga sulit bernapas.

Pada babi yang memiliki warna terang, biasanya akan nampak ruam kulit. Selain itu, selaput lendir dan tengggorokan dapat meradang, hingga mengalami leukopenia (rendahnya jumlah sel darah putih) parah.

Lama kelamaan babi lebih banyak berbaring dan enggan bergerang. Terkadang, babi akan berjalan dengan cara yang aneh, yakni punggung melengkung. Jika sudah parah, babi tak bisa bangkit, koma, dan akhirnya mati.

Penanganan

Pemberian vaksin anti babi kolera pada tahap awal muncul gejala mungkin dapat efektif membantu, tapi sedikit yang pulih.

Kematian babi karena babi kolera bisa terjadi dalam hitungan hari.

Penyebaran

Penyakit babi kolera banyak muncul di Eropa, Asia, Amerika Latin, hingga Afrika.

Untuk Amerika Serikat, negara itu sudah bebas dari penyakit babi kolera.

Bila ada wabah penyakit babi kolera, wajib untuk dilaporkan. Sementara itu, hewan yang terinfeksi babi wajib disembelih dan kawasan hewan yang sakit seharusnya dikarantina.

Kontrol utama penyakit babi kolera bisa dilakukan dengan cara vaksinasi.

Baca juga: Ilmuwan Hidupkan Otak Babi yang Sudah Mati, Ini Artinya bagi Kita

Seekor bangkai babi melintas di Sungai Bedagai, di Kecamatan Tanjung Beringin, Serdang Bedagai, Jumat pagi tadi (8/11/2019). Warga mengeluhkan karena baunya menyengat. Di Serdang Bedagai, sudah ada 500 ekor babi yang mati dari total populasi 31.000 ekor.KOMPAS.COM/DEWANTORO Seekor bangkai babi melintas di Sungai Bedagai, di Kecamatan Tanjung Beringin, Serdang Bedagai, Jumat pagi tadi (8/11/2019). Warga mengeluhkan karena baunya menyengat. Di Serdang Bedagai, sudah ada 500 ekor babi yang mati dari total populasi 31.000 ekor.

Apakah bisa menginfeksi manusia?

Untuk diketahui, hog cholera tidak menginfeksi manusia dan tidak akan berbahaya jika dagingnya dikonsumsi kita.

"Aman, tidak bahaya bagi manusia," ungkap Azhar.

Selain Azhar, Kepala Balai Veteriner Medan Agustia juga menyampaikan hal yang sama.

"Iya, masih bisa dikonsumsi tapi harus dimasak dulu. Kenapa masih bisa dikonsumsi karena tidak zoonosis, tidak menular kepada manusia, tapi pig to pig," ujar Agustia.

Agustia menambahkan, untuk menghindari penyebaran lebih luas, perlu ada perlakuan di lapangan yang harus mengikuti standar.

Pertama, masyarakat tidak membeli ternak babi yang harganya murah. Kedua, masyarakat juga harus menerapkan bio sekuriti, yakni tidak saling menjenguk ternak yang sakit.

Ketiga, bangkai babi tidak dibuang ke sungai atau ke hutan melainkan dikubur. Keempat, perlu dilakukan pengetatan lalu lintas ternak dan menjaga sanitasi kandang.

Sumber: Kompas.com (Kontributor Medan, Dewantoro)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau