Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memekik, Suara Kawin Burung Ini Lebihi Ambang Batas Kebisingan Manusia

Kompas.com - 28/10/2019, 18:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Bellbird putih jantan (Procnias albus) memiliki suara sangat keras ketika sedang kawin. Rekaman suaranya bahkan mencapai 125,4 desibel, tingkat suara yang setara dengan paku bumi atau pondasi tiang pancang.

Rekaman suara ini sembilan desibel lebih keras dibanding pemegang rekor sebelumnya, burung piha, yang juga ditemukan di hutan hujan Brasil.

Ahli biologi dari Universitas Massachusetts Amherst, Jeff Podos, dan Mario Cohn-Haft dari Instituto Nacional de Pesquisas da Amazonia di Brasil mendeskripsikan temuan ini dalam makalah yang terbit di jurnal Current Biology.

Karena suara bellbird jantang begitu keras, para ahli pun mempertanyakan bagaimana bellbird betina dapat mendengar dari jarak dekat tanpa merusak pendengaran.

Baca juga: Seri Hewan Indonesia: Myzomela Prawiradilagae, Burung Endemik Pulau Alor

Hal ini semakin mengesankan mengingat ukuran tubuh spesiesnya. Mereka hanya sebesar burung merpati, beratnya sekitar seperempat kilogram.

Burung jantan dibedakan oleh gelambir hitam berdaging yang dihiasi dengan bintik-bintik putih yang jatuh dari paruh, sedangkan burung betina berwarna hijau dengan garis-garis gelap dan kurang bergelambir.

Profesor Podos mengatakan ia cukup beruntung untuk bisa menyaksikan burung betina bergabung dengan burung jantan saat mereka bertengger dan bernyanyi.

"Bellbird jantan menyanyikan nada pertama dengan menghadap ke depan, dan kemudian ia melakukan putaran teatrikal yang hampir dramatis, di mana ia mengayun dengan kaki terbuka lebar dan gelambirnya seperti melayang-layang," katanya.

"Bellbird jantan menyanyikan nada kedua tepat di samping burung betina, kecuali si betina tahu apa yang akan terjadi dan ia tak akan duduk di sana dan menerimanya sehingga ia terbang mundur, sekitar empat meter," jelas Podos.

Tak jelas mengapa burung betina secara sukarela mendengar kebisingan yang hampir mencapai 113 desibel, di atas ambang batas rasa sakit manusia dan setara dengan konser rock atau pesawat turbo-propeler yang hanya 60 meter jauhnya untuk mencapai kekuatan lepas landas.

"Mungkin mereka mencoba menilai si burung jantan dari dekat, meskipun dengan risiko kerusakan pada sistem pendengaran mereka," kata Profesor Podos.

Para ilmuwan tak yakin seberapa sukses nyanyian burung itu terbukti, karena mereka tak mengamati burung yang pernah kawin.

"Kami tak tahu apakah jantan yang kami lihat adalah jantan yang pernah kawin atau burung yang dungu," kata Profesor Podos.

Baca juga: Mengenal Burung Urban, Jenis Burung Liar yang Bisanya Hidup di Kota

Tim ahli menggunakan perekam suara berkualitas tinggi dan video berkecepatan tinggi untuk memperlambat aksi burung, cukup untuk mempelajari bagaimana burung menggunakan anatomi untuk mencapai tingkat kebisingan seperti itu, lebih keras daripada monyet atau bison yang jauh lebih besar, tetapi tak mungkin sekeras singa, gajah atau paus.

"Kami tak tahu bagaimana hewan kecil ini bisa menjadi sangat keras. Kami benar-benar pada tahap awal memahami keanekaragaman hayati ini," katanya.

Mereka juga mendapati jika nyanyian burung semakin keras, teriakan itu juga semakin pendek, dan berteori tentang pertukaran yang mungkin terjadi karena sistem pernapasan burung memiliki kemampuan terbatas untuk mengendalikan aliran udara dan menghasilkan suara.

Mereka mengatakan hal ini akan menempatkan batasan anatomi alami terhadap seberapa keras burung bisa berevolusi melalui seleksi seksual - seleksi untuk sifat-sifat yang menguntungkan reproduksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com