Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Panas Landa Indonesia, Kok Bisa Bikin Lemas dan Ngantuk?

Kompas.com - 28/10/2019, 16:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Selain karena keringat, paparan sinar matahari pada kulit kita juga dapat menyebabkan perubahan pigmen, keriput, dan kulit kering. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan dehidrasi.

"Perubahan kimia ini sebenarnya menyebabkan kelelahan. Ini karena tubuh tengah bekerja memperbaiki kerusakan di kulit," ujar Casey.

Kulit yang terbakar merusak kemampuan tubuh untuk mengatur suhu. Terlebih lahi, jika Anda terbakar matahari, tubuh mengalihkan cairan daribagian tubuh yang lain ke arah luka bakar dalam upaya menyembuhkan kulit.

"Pengalihan ini berarti Anda memiliki lebih sedikit cairan untuk berkeringat, dan dapat menyebabkan lebih banyak dehidrasi dan kelelahan," kata Casey.

Hal yang harus dilakukan

Menurut Casey, cara terbaik untuk melawan dehidrasi adalah dengan minum air dan camilan yang memiliki rasa asin.

Ada beberapa gejala kelelahan akibat panas yang harus diperhatikan, yakni berkeringat banyak, denyut nadi cepat, mengantuk atau merasa ingin pingsan.

"Jika gejala di atas terjadi, segera pergi ke tempat sejuk dan minum banyak air. Temuilah dokter jika gejalanya tidak membaik dalam waktu satu jam," tegas Casey.

Dia menjelaskan, salah satu ancaman paling fatal dari cuaca panas adalah heat stroke.

Baca juga: Serba-serbi Heat Stroke, dari Penyebab, Gejala hingga Penanganan

Heat stroke merupakan kondisi serius di mana suhu tubuh mencapai 40 derajat Celsius atau lebih.

Orang yang mengalami heat stroke memerlukan perawatan darurat karean dapat menyebabkan kerusakan pada otak, jantung, ginjal, dan otot.

Gejala heat stroke antara lain suhu tubuh sangat tinggi, mual, muntah, sakit kepala, perubahan perilaku seperti bingung dan lekas marah.

Gejala lain yang mungkin bisa muncul adalah bicara cadel, kejang, jingga koma.

"Saat cuaca panas, penting untuk tetap terhidrasi," tutup Casey.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com