“Ini merupakan kondisi gawat darurat. Pasien harus diberikan terapi langsung seperti kejut listrik,” tuturnya.
Jika pasien mencetuskan ide bunuh diri, ada dua opsi yang bisa dilakukan yaitu terapi kejut listrik (Electroconvulsive Therapy/ ECT) dan terapi magnet (Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation/RTMS).
“Terapi kejut listrik itu pasien dibius terlebih dahulu, kemudian diberi sejumlah dosis listrik sesuai dengan ambang kejangnya,” tutur dr Dharmawan.
Sementara itu untuk RTMS, lanjutnya, pasien tidak perlu dibius karena terapinya tidak menyakitkan.
“Pakai magnet yang merangsang ke otak. Tidak pakai bius dan tidak sakit,” tambahnya.
Berapa lama depresi bisa sembuh? dr Dharmawan menyebutkan, pengobatan seperti yang disebutkan di atas bisa berlangsung empat hingga enam bulan lalu dilanjutkan dengan psikoterapi.
“Kembali lagi pada kondisi resiliensi mental pasien. Ada juga yang sampai satu atau dua tahun, ada yang jauh lebih cepat,” paparnya.
Baca juga: Untuk Orang yang Gampang Depresi, Begadang Mungkin Baik
Psikoterapi yang diberikan juga tergantung masing-masing pasien. dr Dharmawan menjelaskan ada pasien yang diberikan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT).
“Ada juga yang menggunakan logo therapy, terapi eksistensial, tiap pasien bisa berbeda. Jadi depresi itu bukan karena kurang iman dan kurang doa. Harus diingat ya,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.