1990: Tes DNA PCR
Pada awal 1990-an, pengujian DNA Polymerase Chain Reaction (PCR) menggantikan analisis RFLP untuk menguji hubungan biologis.
Analisis PCR membutuhkan lebih sedikit DNA (1 nanogram) sehingga bisa menggunakan usap pipi (buccal). Dengan terobosan ini, ilmuwan tak perlu lagi membutuhkan banyak darah sebagai sampel DNA.
Pengujian PCR jauh lebih cepat daripada hasil RFLP, karena waktu dari pengiriman sampel ke laboratorium sampai mendapatkan hasil hanya butuh waktu sehari.
PCR menargetkan wilayah dalam DNA yang dikenal sebagai STRs (Short Tandem Repeats) yang sangat bervariasi.
Dalam tes paternitas di mana ibu, anak, dan ayah diduga diuji, DNA anak harus cocok dengan kedua orang tua biologis kecuali ada mutasi.
Perhitungan statistik dapat dilakukan untuk membantu menentukan apakah inkonsistensi genetik pada satu lokasi (lokus) konsisten dengan mutasi atau pengecualian.
Kadang-kadang lebih dari dua ketidakkonsistenan genetik diamati dan dalam kasus-kasus tersebut dilakukan pengujian tambahan.
DDC memeriksa lokus STR baterai standar, tetapi dapat menguji lokus STR tambahan ketika dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kasus.
Kekuatan tes DNA PCR lebih besar dari 99,99 persen.
2000-an: SNP Array
Pada awal 2000-an, para ilmuwan menggabungkan ribuan lokus SNP (Single Nucleotide Polymorphism) menjadi satu tes.
SNP adalah perubahan huruf pada DNA yang dapat digunakan sebagai penanda genetik untuk berbagai aplikasi.
Array SNP tidak umum digunakan untuk pengujian hubungan biologis, tapi digunakan untuk sejumlah tes genetik lain seperti kecenderungan penyakit genetik, kesehatan dan kesejahteraan, dan keturunan.
DDC menggunakan array kustom 800.000 SNP besar untuk tes GPS Origins ™. Array berisi AIMs (Ancestry Informative Markers), penanda Y-Kromosom, penanda mitokondria, penanda DNA kuno, dan penanda lain yang berguna untuk membangun hubungan biologis yang lebih jauh seperti sepupu ke-4 atau ke-5.
Baca juga: Tak Ada Pribumi, 4 Gelombang Migrasi Jadikan Kita Manusia Indonesia
2010: Next Generation Sequencing
NGS (Next Generation Sequencing) atau Massively Parallel Sequencing adalah teknik terbaru yang tersedia untuk analisis genetik.
Prosedur ini menghasilkan urutan DNA yang merupakan susunan linear huruf (A, T, C, dan G) yang terjadi dalam sampel DNA.
Karena teknik ini memungkinkan seseorang untuk memulai sekuensing secara bersamaan di ribuan lokasi dalam DNA yang tumpang tindih, sejumlah besar data dapat dihasilkan dan disatukan kembali dengan program bioinformatika yang sesuai.
Ini seperti mengambil buku dan memotong bagian-bagian kalimat kemudian menyusun kembali buku menggunakan program komputer untuk mengenali fragmen kalimat yang tumpang tindih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.