Oleh Simon D Angus
"KAMU di mana pada tanggal 12 Oktober 2019?”
Apakah ini pertanyaan yang akan muncul 50 tahun ke depan saat kita mengenang momen keberhasilan seorang pelari pria memecahkan rekor lari maraton dalam waktu kurang dari dua jam?
Pekan lalu, pelari maraton terbaik sepanjang masa, Eliud Kipchoge dari Kenya, berhasil memecahkan rekor tersebut.
Eliud berlari di lintasan lurus sepanjang 9.6 kilometer (km) sebanyak 4.4 kali.
Lomba itu bukanlah lomba maraton yang resmi. Eliud berlari dalam acara “1:59 Challenge” yang didanai oleh perusahaan kimia Inggris Ineos.
Namun, resmi atau tidak, Eliud harus berlari dalam kecepatan yang mengerikan, yaitu 2 menit (m) 52 detik (s) per km sepanjang 42.195 km untuk memecahkan rekor.
Dan ternyata, Eliud berhasil berlari hanya dalam waktu 1 jam (h) 59m 40s pada tanggal 12 Oktober lalu.
Mengapa hal itu bisa terjadi. Saya akan jelaskan.
Awal tahun ini, saya mengukur catatan waktu maraton pria dan wanita dalam 50 tahun terakhir, dan menggunakan metode statistik untuk menjawab pertanyaan ini dalam lomba lari maraton resmi.
Penelitian saya, terbit di Medicine and Science of Sports and Exercise, menemukan bahwa ada kemungkinan 10% akan pecahnya rekor baru setiap saat. Sehingga kita harus menunggu sampai Mei 2032 untuk menyaksikan momen pemecahan rekor itu.
Akan tetapi, analisis saya terbatas pada catatan waktu resmi Asosiasi Federasi Atletik Internasional (IAAF). Dalam even resmi, pelari berkompetisi dalam acara yang diakui IAAF dan trek lari, para pelari, waktu pelaksanaan, dan berbagai macam aspek lainnya harus sesuai peraturan yang ketat.
Usaha Eliud pekan lalu sama sekali tidak resmi, dan ia tahu itu. Eliud bahkan memiliki catatan penampilan dalam acara seperti ini; dia telah mencoba memecahkan batasan dua jam ini dalam acara yang disponsori juga pada Mei 2017 di Sirkuit Formula 1 Monza di Italia.
Di sana, seperti halnya di Wina, dia berlari ditemani puluhan penjaga pacu – karena orang-orang ini berlari di depan Eliud, maka dia terlindungi dari hambatan angin, sehingga catatan waktunya menjadi tidak resmi.
Akan tetapi, jalur tertutup, permukaan lari yang licin, sepatu teknologi tinggi, dan pasukan penjaga pacu tidak memberi Eliud performa yang ia butuhkan. Di Italia, Eliud gagal menembus batasan dua jam dan masih terpaut 25 detik.