Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Kok Bisa Eliud Kipchoge Pecahkan Rekor, Lari Maraton di Bawah 2 Jam?

Kompas.com - 17/10/2019, 08:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Simon D Angus


"KAMU di mana pada tanggal 12 Oktober 2019?”

Apakah ini pertanyaan yang akan muncul 50 tahun ke depan saat kita mengenang momen keberhasilan seorang pelari pria memecahkan rekor lari maraton dalam waktu kurang dari dua jam?

Pekan lalu, pelari maraton terbaik sepanjang masa, Eliud Kipchoge dari Kenya, berhasil memecahkan rekor tersebut.

Eliud berlari di lintasan lurus sepanjang 9.6 kilometer (km) sebanyak 4.4 kali.

Lomba itu bukanlah lomba maraton yang resmi. Eliud berlari dalam acara “1:59 Challenge” yang didanai oleh perusahaan kimia Inggris Ineos.

Namun, resmi atau tidak, Eliud harus berlari dalam kecepatan yang mengerikan, yaitu 2 menit (m) 52 detik (s) per km sepanjang 42.195 km untuk memecahkan rekor.

Dan ternyata, Eliud berhasil berlari hanya dalam waktu 1 jam (h) 59m 40s pada tanggal 12 Oktober lalu.

Penjelasan

Mengapa hal itu bisa terjadi. Saya akan jelaskan.

Awal tahun ini, saya mengukur catatan waktu maraton pria dan wanita dalam 50 tahun terakhir, dan menggunakan metode statistik untuk menjawab pertanyaan ini dalam lomba lari maraton resmi.

Penelitian saya, terbit di Medicine and Science of Sports and Exercise, menemukan bahwa ada kemungkinan 10% akan pecahnya rekor baru setiap saat. Sehingga kita harus menunggu sampai Mei 2032 untuk menyaksikan momen pemecahan rekor itu.

Akan tetapi, analisis saya terbatas pada catatan waktu resmi Asosiasi Federasi Atletik Internasional (IAAF). Dalam even resmi, pelari berkompetisi dalam acara yang diakui IAAF dan trek lari, para pelari, waktu pelaksanaan, dan berbagai macam aspek lainnya harus sesuai peraturan yang ketat.

Usaha Eliud pekan lalu sama sekali tidak resmi, dan ia tahu itu. Eliud bahkan memiliki catatan penampilan dalam acara seperti ini; dia telah mencoba memecahkan batasan dua jam ini dalam acara yang disponsori juga pada Mei 2017 di Sirkuit Formula 1 Monza di Italia.

Di sana, seperti halnya di Wina, dia berlari ditemani puluhan penjaga pacu – karena orang-orang ini berlari di depan Eliud, maka dia terlindungi dari hambatan angin, sehingga catatan waktunya menjadi tidak resmi.

Akan tetapi, jalur tertutup, permukaan lari yang licin, sepatu teknologi tinggi, dan pasukan penjaga pacu tidak memberi Eliud performa yang ia butuhkan. Di Italia, Eliud gagal menembus batasan dua jam dan masih terpaut 25 detik.

Cerita resmi

Walau upaya yang dilakukan tidak resmi, tapi analisis catatan resmi akan membantu menjawab pertanyaan kita.

Grafik di sebelah kiri menunjukkan peningkatan catatan rekor resmi maraton pria selama lebih dari dari 50 tahun.

Peningkatan ini tidak berupaya garis lurus, melainkan menukik tajam di tahun-tahun awal, kemudian semakin rendah hingga saat ini. Ini artinya, semakin cepat pelari maraton elit, semakin lama kita harus menunggu agar mereka bisa memperbaiki catatan waktu.

SD Angus/Monash University Catatan rekor dunia maraton pria 50 tahun terakhir, dengan fokus pada empat tahun terakhir dan titik-titik penting pencapaian Eliud, baik resmi maupun tidak.

Menggunakan alat-alat statistik, saya juga meletakkan kurva perkiraan (warna merah) dalam grafik itu. Kurva ini menunjukkan kemungkinan sebuah catatan waktu dibuat dengan mempertimbangkan peningkatan rata-rata performa seiring waktu, dan faktor-faktor tak tentu lainnya.

Dengan melihat pada empat tahun terakhir (grafik di kanan), dapat kita liat bahwa rekor resmi dunia Eliud yaitu 2h 1m 39s, yang dibuat di Berlin pada 16 September 2018, ada pada garis “1 in 4”. Ini artinya peluangnya ada 1 dalam 4 kesempatan bahwa di hari itu akan tercipta catatan waktu tersebut.

Dengan kata lain, tanpa menghitung upaya luar biasa Eliud, catatan rekor dia di Berlin tidaklah terlalu jauh dari yang diperkirakan secara historis.

Di sisi lain, catatan dia di Monza sangatlah berbeda.

Jika saja catatan 2h 0m 25s itu dibuat Eliud dalam sebuah lomba resmi, kemungkinan terjadinya hanya 1 dari 23 kesempatan, sekitar 4%. Ini menunjukkan bahwa performa yang baik bisa terjadi di acara-acara yang disponsori swasta semacam ini.

Di balik keberhasilan Eliud di Wina

Dengan mengetahui analisis ini, kita telah bisa memperkirakan dengan baik apa yang terjadi di Wina.

Bila Eliud dan timnya mampu menghasilkan performa setara Monza di 2017, maka kita sudah bisa harapkan akan ada peningkatan catatan waktu.

Seperti bisa dilihat di grafik, jika kita mengikuti kurva “1 in 23” dari 6 Mei 2017 ke 12 Oktober 2019, maka kita bisa memperkirakan bahwa Eliud bisa mencatat 2h 0m 14s.

Cukup menunggu 2.5 tahun saja, Eliud sudah lebih cepat 11s. Tentu ini dihasilkan dari riset intensif, adaptasi latihan yang keras, perlengkapan yang lebih baik dan lain-lain. Tapi, secara teori, kita bisa mengharapkan adanya peningkatan catatan waktu dengan syarat semua orang yang terlibat tetap bekerja keras dan mengejar target.

Mengejar sejarah

Bagaimana rekor ini ditembus?

Pertama, tim penjaga pacu elit sepertinya telah memperbaiki cara-cara mereka. Rekaman video sesi latihan bulan lalu menunjukkan sekelompok penjaga pacu berlari dalam formasi anak panah, dengan transisi yang sudah diatur dengan seksama.

Kedua, koordinasi ini dilakukan dengan dibantu mobil listrik penjaga pacu yang berada di depan para pelari yang menyinari trek dengan sinar laser terpola untuk memastikan posisi masing-masing penjaga pacu. Mobil ini sepertinya akurat hingga skala 1 meter untuk membantu menjaga pacu.

Tentu saja, karena acara ini ini disponsori oleh orang paling kaya di Inggris, sebuah mobil cadangan juga sudah disiapkan.

Yang ketiga, dan mungkin paling penting, di Monza, Eliud berlari di sirkuit balapan yang sepi, tapi di Wina ada penonton.

Eliud sepertinya terbantu energi penonton. Dia telah mengundang orang untuk datang ke Wina maupun menyaksikan secara online – pada dasarnya untuk ikut membantu mengatasi beban mental. Kali ini dia tidak lari sendiri.

Semua faktor tersebut terbukti membantu Eliud menembus batas.

Simon D Angus

Associate Professor, Monash University

Artikel ini ditayangkan di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel berjudul "Bagaimana Eliud Kipchoge memecahkan rekor maraton dengan waktu kurang dari dua jam". Isi di luar tanggung jawab redaksi Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com