Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/10/2019, 13:45 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Hari ini (15/10/2019), dua gempa signifikan terjadi di zona megathrust Bengkulu.

Gempa pertama terjadi pukul 05.23 WIB dengan magnitudo M 5,9 dengan episenter di laut pada jarak 154 km arah baratdaya Bengkulu.

Gempa kedua terjadi pukul 10.00 WIB dengan magnitudo M 5,0 dengan episenter juga di laut terletak pada jarak 152 km arah baratdaya Bengkulu.

Gempa kedua ini merupakan gempa susulan signifikan pusatnya agak bergeser ke sebelah utara dari pusat gempa pertama.

Baca juga: Gempa Hari Ini: M5,9 Guncang Bengkulu, Tidak Berpotensi Tsunami

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkap, kedua gempa berkedalaman dangkal di zona megathrust, yaitu zona subduksi landai yang merupakan bidang kontak antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.

Titik hiposenter kedua gempa berada di bawah punggungan busur luar (outer arc ridge) dari sistem subduksi Sumatra.

Hasil analisis BMKG menunjukkan, gempa ini memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri mekanisme gempa megathrust.

Guncangan gempa yang pertama dirasakan cukup kuat dalam skala intensitas III-IV MMI di Seluma, dan di Kepahiang III MMI.

Beberapa warga Bengkulu hingga Seluma sempat berlarian ke luar rumah akibat terkejut guncangan kuat yang terjadi secara tiba-tiba.

"Patut disyukuri hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami," kata Daryono kepada Kompas.com, Selasa (15/10/2019).

Dia melanjutkan, setiap peningkatan aktivitas gempa di wilayah tersebut patut diwaspadai.

"Karena di zona ini memiliki catatan sejarah gempa besar dan memicu tsunami pada masa lalu," paparnya.

Sejarah gempa Bengkulu

Peristiwa gempa besar tersebut adalah gempa Bengkulu 1833 berkekuatan M 8,9.

Selanjutnya adalah gempa kuat Bengkulu yang terjadi berturut-turut terjadi pada:

  • 12 September 2007 berkekuatan M 8,5
  • 13 September 2007 dengan magnitudo M 7,9

"Wilayah pesisir Bangkulu merupakan kawasan rawan tsunami," ungkapnya.

Baca juga: Frekuansi Gempa September Meningkat Tajam, BMKG Catat 924 Guncangan

Mitigasi bencana

Daryono berkata, masyarakat wajib memahami evakuasi mandiri dengan menjadikan gempa kuat yang dirasakan di pesisir sebagai peringatan dini tsunami.

Selain itu tata ruang pantai perlu diperhatikan dengan berbasis risiko bencana tsunami.

"Masyarakat perlu terus mendapatkan edukasi mitigasi terkait cara selamat saat terjadi gempa bumi dan tsunami, selain juga memahami pentingnya bangunan tahan gempa bumi," katanya.

Semua ini penting untuk diwujudkan agar masyarakat dapat merasa aman hidup di daerah rawan bencana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Kita
Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Oh Begitu
Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Fenomena
Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Fenomena
Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Oh Begitu
Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Oh Begitu
Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Apakah Aman Makan Sushi?

Apakah Aman Makan Sushi?

Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com