Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Frekuansi Gempa September Meningkat Tajam, BMKG Catat 924 Guncangan

Kompas.com - 05/10/2019, 10:21 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Wilayah Indonesia merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks. Disebut sangat aktif karena dalam setahun ribuan gempa terjadi di Indonesia.

Wilayah Indonesia juga memiliki kompleksitas tektonik, karena banyaknya sebaran sumber gempa baik bersumber dari zona subduksi megathrust maupun dari sesar aktif.

Sumber gempa subduksi megathrust di antaranya adalah Subduksi Sunda yang jalurnya mencakup sebelah barat Sumatra dan selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT. Selain itu masih ada zona subduksi megathrust lain seperti Subduksi Banda, Sulawesi Utara, Lempeng Laut Maluku, Lempeng Filipina, dan utara Papua.

Selain sumber gempa megathrust, wilayah Indonesia terdapat lebih dar 295 sesar aktif, termasuk yang belum teridentifikasi hingga saat ini.

Baca juga: BMKG: Ada 673 Kali Gempa Selama Agustus 2019, 3 Di Antaranya Merusak

Tingginya aktivitas kegempaan di wilayah Indonesia tampak dari hasil monitoring aktivitas gempa bumi di Indonesia.

BMKG mencatat, sepanjang September 2019, aktivitas gempa di wilayah Indonesia didominasi oleh aktivitas gempa kecil dengan magnitudo kurang dari 5,0 sebanyak 895 kali. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibanding bulan sebelumnya, Agustus yang hanya 651 kali gempa.

Sementara itu, gempa signifikan dengan magnitudo lebih dari 5,0 di bulan September terjadi sebantak 29 kali. Aktivitas gempa signifikan ini juga mengalami peningkatan karena bulan sebelumnya hanya terjadi sebanyak 22 kali gempa.

Sehingga total gempa bumi tektonik yang terjadi sepanjang bulan September sebanyak 924 kali. Total jumlah gempa ini meningkat drastis jika dibanding bulan Agustus 2019 yang hanya sebanyak 673 kali gempa.

Sementara itu, gempa yang dirasakan pada September 2019 ada sebanyak 155 kali guncangan. Jumlah ini juga meningkat jika dibanding bulan sebelumnya yang hanya 56 kali.

Kepada Kompas.com, Kepala Bidang Mitigasi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa merusak di bulan September 2019 terjadi dua kali. Ini berbeda dengan gempa merusak pada Agustus 2019 yang ada tiga kali.

Gempa merusak pada September 2019 terjadi pada:

1. Gempa Halmahera Selatan

Gempa yang terjadi pada 15 September 2019 ini berkekuatan M 6,0 dan merusak beberapa rumah di Halmahera Selatan.

2. Gempa Kairatu Ambon

Gempa Kairatu Ambon terjadi pada 26 September 2019 dengan magnitudo 6,5. Ribuan bangunan rumah rusak, puluhan orang meninggal, ratusan orang mengalami luka-luka, dan ribuan orang mengungsi.

Baca juga: BMKG: Aktivitas Gempa Selama Juli 2019 Meningkat, Ini Rinciannya

Hingga Jumat (4/10/2019) pukul 13.00 WIB, ada 1.017 kali gempa susulan. Gempa yang dirasakan masyarakat ada sebanyak 111 kali.

"Banyaknya jumlah aktivitas gempa susulan ini sebenarnya hal yang wajar, karena setiap gempa kuat lazim diikuti serangkaian gempa susulan," kata Daryono.

Dia menerangkan, banyaknya gempa susulan mencerminkan karakteristik kondisi batuan di zona gempa yang rapuh (brittle).

"Namun, patut disyukuri bahwa hasil monitoring BMKG menunjukkan tren frekuensi kejadian gempa susulan semakin mengecil," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau