Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Kenapa Pecandu Narkoba Susah Berhenti dan Bisa Kambuh Lagi?

Kompas.com - 14/10/2019, 08:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Nicole Lee


KEBANYAKAN orang yang menggunakan alkohol dan narkotik mengkonsumsinya secara tidak teratur dan tidak pernah menjadi bergantung (atau “kecanduan” seperti yang biasa disebut).

Rata-rata hanya sekitar 10% orang yang mengkonsumsi alkohol atau narkoba yang mengalami ketergantungan. Angka ini sekitar 6% untuk alkohol, sekitar 10% untuk kanabis dan sekitar 15% untuk metamfetamin.

Tapi bagi mereka yang mengalami ketergantungan, mengurangi penggunaannya, berhenti, atau menjauh, bisa jadi sulit.

Apa yang terjadi pada otak?

Terlepas dari bagaimana cara konsumsi, alkohol dan narkoba pada akhirnya masuk ke otak melalui aliran darah. Sampai di otak, mereka mempengaruhi bagaimana pesan dikirim melalui otak.

Otak adalah pusat komunikasi besar yang menyampaikan pesan bolak-balik untuk mengatur apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan. Pesan-pesan tersebut dikirim melalui bahan kimia di otak yang disebut neurotransmitter.

Narkoba bekerja dengan berbagai cara.

Baik itu dengan meningkatkan atau mengurangi produksi neurotransmitter seperti dopamin (kesenangan), noradrenalin (berkelahi atau lari) dan serotonin (suasana hati); atau mempengaruhi berapa banyak dan berapa lama neurotransmitter tetap aktif; atau berikatan dengan reseptor alami untuk meniru dan mengaktifkan jalur neurotransmitter alami.

Penguatan

Setiap jenis narkoba mempengaruhi jalur neurotransmitter yang berbeda dengan cara yang berbeda pula. Beberapa mempengaruhi lebih dari satu neurotransmitter. Tapi sebagian besar narkoba berdampak pada sistem dopamin.

Dopamin mengendalikan emosi, motivasi, dan perasaan senang. Ini adalah sistem ganjaran otak. Otak kita terprogram untuk memastikan kita mengulangi kegiatan yang menyenangkan. Ketika kita melakukan sesuatu yang menyenangkan, kita mendapatkan sedikit dopamin, ini mengingatkan kita untuk melakukannya lagi melalui otak.

Narkoba mengaktifkan dopamin dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kegiatan pengaktif dopamin lainnya, seperti makan dan seks. Akibatnya, ada dorongan dari dalam yang kuat untuk mengulangi penggunaan narkoba. Otak menjadi prima untuk mengulangi penggunaan narkoba tanpa benar-benar memikirkannya.

Bayangkan Anda benar-benar menginginkan cokelat: Anda dapat melihatnya di dalam pikiran Anda, hampir mencicipinya, Anda memikirkannya sepanjang waktu, Anda mencari di dalam lemari untuk menemukannya, Anda bahkan mungkin melompat ke dalam mobil untuk pergi membelinya.

Sekarang bayangkan sepuluh kali lebih kuat atau lebih, dan itu memberi Anda sedikit gambaran mengapa beberapa orang kembali menggunakan narkoba.

Penipisan dopamin

Ketika dopamin dalam jumlah besar dilepaskan, otak mengalami kesulitan menjaga produksinya dan dapat kehabisan dopamine pada sementara waktu.

Ini adalah salah satu alasan mengapa satu atau dua hari setelah menggunakan narkoba, seseorang mungkin tampak datar atau tertekan. Persediaan dopamin mereka telah habis. Setelah satu hari atau lebih, otak kembali memproduksi dopamin dan suasana hati kembali normal.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau