Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Joker, Psikolog Jelaskan Kenapa Film Ini Bukan untuk Anak

Kompas.com - 10/10/2019, 09:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"Dari keterangan rating R itu sebenarnya untuk anak remaja, tapi anak remajanya enggak boleh (nonton) sendiri, harus didampingi orangtua atau orang dewasa. Jadi sebenarnya cocoknya memang untuk orang dewasa di atas usia 17 tahun yang memang sudah bisa nonton mandiri," kata Astrid dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (9/10/2019).

"Dari sini sebenarnya kita juga tahu kalau film ini berat dan enggak cocok untuk anak-anak," imbuh dia.

Astrid mengatakan, film dengan rating R atau 17+ yang ditonton anak-anak akan berdampak buruk bagi perkembangannya.

Dia mengibaratkan, hal ini sama seperti ketika anak-anak diberi makanan yang tidak baik untuk kesehatan fisik mereka.

"Kayak bayi belum ada gigi, tapi udah dikasih makan makanan yang keras. Jadi enggak cocok," ungkapnya.

Baca juga: Joker dan Ungkapan Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti dari Kacamata Psikolog

Dari pengalaman Astrid menonton Joker, dia melihat film berdurasi 122 menit ini menyuguhkan kisah kelam, menyeramkan, dan penuh emosi dalam bentuk visual.

Film dengan jalan cerita seperti Joker, jika ditonton oleh orang dewasa saja bisa menimbulkan pengalaman dan makna berbeda.

Film ini pun dapat menumbuhkan emosi negatif pada orang dewasa, salah satunya mengubah suasana hati seseorang usai menonton Joker.

"Karena ibaratnya, kalau film punya suasana yang kelam, penonton setidaknya harus sehat mental," ungkapnya.

"Ketika lagi capek, stres, ya pasti nguras energi banget. Nah kebayang enggak kalau ini ditonton sama anak kita," tanya Astrid.

Hal semacam inilah yang harus disadari oleh orangtua.

Joker, kisah kompleks yang sulit dimengerti anak

Menurut Astrid, sisi baik dari film Joker adalah orang dewasa lebih mengerti akan pentingnya kesehatan mental, pentingnya untuk tidak melakukan kekerasan terhadap anak, juga pentingnya tidak mengabaikan anak.

Namun di sisi lain, film Joker juga menyajikan dampak trauma dari masa lalu .

"Hal inilah yang tidak bisa dimengerti anak, karena memang sangat kompleks," ungkap Astrid.

Astrid menjelaskan, pengertian kompleks dalam film Joker baru bisa diterima dan dipahami ketika pikiran anak lebih matang.

"Seperti pemahaman, kenapa sih orang bisa jadi jahat? Hal ini belum bisa dimengerti oleh anak, karena memang pengertian ini kompleks. Pengertian seperti kenapa sih orang bisa jadi jahat, kekompleksitasannya bisa dipahami secara objektif oleh anak-anak remaja usia 14-15 tahun, itu pun didampingi orangtua," jelasnya.

Baca juga: Tertawa Saat Sedih, Kondisi Karakter Joker Namanya PBA dan Bukan Fiksi

Astrid menjelaskan, bukan mengetahui mana baik dan mana buruk. Akan tetapi mengerti kekompleksitasan cara berpikir baru dapat dimengerti anak usia remaja di usia 14-15 tahun.

Meski dianggap sudah lebih matang, remaja seusia anak SMA juga masih butuh pendampingan saat menonton film sejenis Joker.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com