Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semakin Banyak Negara yang Melarang Vape, Apa Alasannya?

Kompas.com - 27/09/2019, 17:04 WIB
Farren Anatje Sahertian,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

Menurut sebuah laporan oleh US Surgeon General, 97 persen perokok vape muda menggunakan produk rasa dalam 30 hari sebelumnya. Masing-masing produk rokok elektrik dilaporkan memiliki lebih dari enam bahan kimia penyedap dengan rasa paling manis yang memiliki jumlah senyawa yang jauh lebih tinggi.

Pengujian terhadap 166 produk rokok elektrik menunjukkan bahwa satu dari lima (21 persen) mengandung bahan kimia penyedap (benzyl alcohol, benzaldehyde, vanillin) yang dapat menjadi racun bagi saluran udara.

Beberapa bahan kimia beracun lainnya juga ditemukan dan nitrosamin spesifik tembakau (TSNAs), kelompok karsinogen penting dalam produk tembakau, berada di 70 persen pada produk yang diuji. Efek menghirup campuran bahan kimia yang kompleks ini akan sangat sulit untuk ditentukan.

Baca juga: Aman atau Tidak? Perdebatan dalam Dunia Kedokteran tentang Vape

Laporan terakhir tentang kematian di AS terkait dengan penggemar vaping lebih lanjut memang mengkhawatirkan keselamatan. CDC telah melaporkan peningkatan jumlah kasus (530 di 38 negara bagian) dari pneumonia "lipoid" (keberadaan lemak di paru-paru) yang misterius, yang sebagian besar terjadi pada pria muda yang melakukan vape dikaitkan dengan delapan kematian.

Tetapi perlu dicatat bahwa beberapa orang yang menderita pneumonia lipoid mengakui bahwa mereka melakukan vape THC (bahan aktif dalam ganja), meskipun yang lain bersikeras bahwa mereka hanya menggunakan produk nikotin dengan rokok elektrik mereka.

Satu zat yang disebut vitamin E asetat telah diidentifikasi juga dalam semua sampel yang diuji oleh pihak kesehatan negara bagian New York, tetapi tidak ada cukup bukti untuk menyatakan apakah ini adalah penyebab penyakit. Dan sejauh ini, tidak ada kasus pneumonia lipoid telah dilaporkan di luar AS.

Baca juga: Temuan Baru, Vape Tingkatkan Risiko Kanker

Bukti sampai saat ini menunjukkan bahwa vaping bukan alternatif yang aman untuk merokok tembakau. Ini, ditambah dengan tren yang mengkhawatirkan anak-anak muda, yang sebelumnya bukan perokok tertarik pada vaping, menimbulkan kekhawatiran akan adanya generasi lain yang menderita penyakit paru-paru kronis.

Sebuah studi baru-baru ini di The Lancet memperkirakan bahwa pada tahun 2040, COPD akan menjadi satu-satunya penyakit dalam sepuluh penyebab utama kematian yang masih akan meningkat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com