Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekonstruksi Berhasil, Wajah Manusia Purba Denisovans Terungkap

Kompas.com - 23/09/2019, 07:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah peneliti telah memberikan pandangan sekilas tentang bagaimana raut muka spesies manusia purba Denisovans.

Potongan fosil manusia purba Denisovans ditemukan pada 2008 dan mulai saat itu para ahli evolusi manusia tertarik untuk mengetahui keberadaan mereka yang diperkirakan punah sekitar 50.000 tahun silam.

Salah satu pertanyaan terbesar di kalangan para ahli itu adalah tentang paras muka Denisovans, yang selama ini tidak pernah diketahui.

Tetapi saat ini tim peneliti berhasil merekonstruksi raut muka manusia purba yang merupakan kerabat manusia modern (homo sapiens) yang telah lama hilang itu.

Baca juga: Ahli Percaya, Cara Simpanse Belajar Menggali Tanah Mirip Manusia Purba

Siapakah Denisovans?

Sekitar 100.000 tahun silam ada beberapa kelompok manusia yang berbeda, termasuk diantaranya adalah manusia modern, Neanderthal dan Denisovans.

Para ahli memperkirakan banyak sifat Denisovans mirip Neanderthal, termasuk dahi miring, wajah panjang, serta panggul yang besar.MAYAN HAAREL/AFP Para ahli memperkirakan banyak sifat Denisovans mirip Neanderthal, termasuk dahi miring, wajah panjang, serta panggul yang besar.

"Dalam banyak hal, Denisovans mirip Neanderthal tetapi dalam beberapa sifat mereka, mirip dengan kita (manusia modern) dan di sisi lain mereka memiliki keunikan," kata Prof Liran Carmel, peneliti di Universitas Hebrew Jerusalem.

Kelompok manusia purba Denisovans diperkirakan tinggal di wilayah yang kini disebut Siberia dan di kawasan timur Asia.

Baca juga: Manusia Purba Filipina Masih Kerabat Hobbit Flores, Ini Ciri Keduanya

Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa spesies manusia purba itu tinggal di kawasan dataran tinggi Tibet, yang mewariskan gen untuk membantu orang modern mencapai posisi dengan intelegensia yang sama.

Sejauh ini belum diketahui penyebab mengapa mereka menghilang.

Sejauh ini, satu-satunya sisa fosil manusia Denisovans yang ditemukan adalah tiga gigi, tulang jari kelingking dan rahang bawah.JEAN-JACQUES HUBLIN, MPI-EVA, LEIPZIG Sejauh ini, satu-satunya sisa fosil manusia Denisovans yang ditemukan adalah tiga gigi, tulang jari kelingking dan rahang bawah.

Belakangan, manusia purba Denisovans menjadi perhatian dunia setelah para arkeolog menyelidiki sisa-sisa fosil di sebuah gua di Siberia, lebih dari sepuluh tahun lalu.

Sejauh ini, satu-satunya sisa fosil manusia Denisovans yang ditemukan adalah tiga gigi, tulang jari kelingking dan rahang bawah.

Sekitar 5% dari nenek moyang orang-orang dari wilayah Oceania dapat ditelusuri hingga ke manusia purba Denisovans, demikian menurut penelitian.

Apa kata para ahli tentang rekonstruksi raut muka Densovans?

Upaya rekonstruksi - berdasarkan analisis DNA kompleks Denisovans, Neanderthal, Simpanse dan manusia - menunjukkan bahwa tengkorak Denisovans kemungkinan lebih luas ketimbang manusia modern atau Neanderthal.

Mereka juga tampaknya tidak memiliki dagu.

Para ahli memperkirakan banyak sifat Denisovans mirip Neanderthal, termasuk dahi miring, wajah panjang, serta panggul yang besar.

Kelompok manusia purba Denisovans diperkirakan tinggal di wilayah yang kini disebut Siberia dan di kawasan timur Asia.MAAYAN HAREL/AFP Kelompok manusia purba Denisovans diperkirakan tinggal di wilayah yang kini disebut Siberia dan di kawasan timur Asia.

Hal unik lain yang dimiliki Denisovans adalah, misalnya saja, lengkungan gigi yang besar.

Profesor Carmel mengatakan kepada BBC bahwa dia senang mengetahui perkiraan paras Denisovans telah dikonfirmasi oleh penemuan tulang rahang Denisovans oleh para peneliti lainnya.

"Temuan tulang rahang sudah dilaporkan dan kami sangat senang melihat adanya kecocokan. Itu semacam konfirmasi independen terhadap metode kami," katanya.

Rekonstruksi wajah ini hanyalah awal dalam penelitian tentang Denisovans, kata Carmel.

"Mereka adalah manusia yang sangat mirip dengan kita (manusia modern), sehingga menunjukkan perbedaan di antara kita sangat penting untuk memahami apa yang membuat kita menjadi manusia dan apa yang mungkin mengarah pada cara kita beradaptasi dengan dunia," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau