KOMPAS.com - Bencana kebakaran hutan kembali melanda sebagian wilayah Indonesia. Hal ini berdampak pada kabut asap yang menyebabkan masalah kesehatan pada masyarakat.
Beberapa dokter Indonesia yaitu Ari Fahrial Syam, Elina A, Hapsari F C P, Rahardja C dan Makmun D, telah melakukan penelitian terkait hubungan antara paparan asap api hutan hujan dan keluhan klinis selama kebakaran hutan hujan Indonesia pada September-Oktober 2015.
Kebakaran hutan menghasilkan polutan asap yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Kebakaran hutan hujan di Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan pada bulan September – Oktober 2015 adalah bencana besar baik secara ekonomi, lingkungan, dan kesehatan manusia.
Penelitian yang dilakukan para peneliti bertujuan untuk mencari hubungan antara paparan demografi dan asap api hutan dengan banyak gejala klinis mulai dari pernapasan, mata, dan lainnya.
Baca juga: Riau Dikepung Kabut Asap, Greenpeace Nilai Situasi Mirip Karhutla 2015
Praktisi dan Akademisi Kesehatan, Ari Fahrial Syam menjelaskan bahwa para peneliti mengambil sampel penelitian dengan kuesioner online pada Oktober 2015 untuk penduduk Kalimantan dan Sumatra yang wilayahnya terpapar dan tercemar oleh asap.
Mereka menggunakan data dianalisis yaitu analisis multivariat dan bivariat. Partisipan akan mengisi survey online pada masyarakat yang terkena dampak asap.
Hasil penelitian
Durasi paparan asap secara langsung ke seseorang (dalam jam/hari) secara statistik memiliki signifikansi terhadap masalah kesehatan seperti iritasi mata, batuk, rhinorrhea, sakit tenggorokan, dan dyspnea.
"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa semakin lama terpapar asap akan menyebabkan iritasi pada mata, batuk, sesak nafas, pilek dan sakit tenggorokan," kata Ari.
Selain itu, penggunaan peralatan yang lebih sederhana dan kurang protektif seperti tisu menunjukkan risiko yang lebih tinggi terkena sakit, dibandingkan dengan menggunakan masker biasa sekali pakai sederhana. Meski, penggunaan masker sekali pakai juga berdampak pada gejala pernapasan terutama batuk, dan sakit tenggorokan.
"Masyarakat yang melakukan proteksi sederhana misalnya dengan tisu akan lebih berisiko mempunyai masalah kesehatan dibandingkan dengan menggunakan masker," ujarnya.
Maka dari itu, para peneliti menyimpulkan bahwa durasi paparan asap api hutan dan jenis alat pelindung pernapasan dikaitkan dengan masalah kesehatan.
Hipoksia
Secara umum, jika kualitas udara tidak baik karena asap, maka yang akan berpengaruh adalah kadar oksigen. Kekurangan oksigen akan menyebabkan hipoksia.