Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Membuktikan, Paparan Asap Berpengaruh Besar terhadap Kesehatan

Kompas.com - 18/09/2019, 18:06 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bencana kebakaran hutan kembali melanda sebagian wilayah Indonesia. Hal ini berdampak pada kabut asap yang menyebabkan masalah kesehatan pada masyarakat.

Beberapa dokter Indonesia yaitu Ari Fahrial Syam, Elina A, Hapsari F C P, Rahardja C dan Makmun D, telah melakukan penelitian terkait hubungan antara paparan asap api hutan hujan dan keluhan klinis selama kebakaran hutan hujan Indonesia pada September-Oktober 2015.

Kebakaran hutan menghasilkan polutan asap yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Kebakaran hutan hujan di Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan pada bulan September – Oktober 2015 adalah bencana besar baik secara ekonomi, lingkungan, dan kesehatan manusia.

Penelitian yang dilakukan para peneliti bertujuan untuk mencari hubungan antara paparan demografi dan asap api hutan dengan banyak gejala klinis mulai dari pernapasan, mata, dan lainnya.

Baca juga: Riau Dikepung Kabut Asap, Greenpeace Nilai Situasi Mirip Karhutla 2015

Praktisi dan Akademisi Kesehatan, Ari Fahrial Syam menjelaskan bahwa para peneliti mengambil sampel penelitian dengan kuesioner online pada Oktober 2015 untuk penduduk Kalimantan dan Sumatra yang wilayahnya terpapar dan tercemar oleh asap.

Mereka menggunakan data dianalisis yaitu analisis multivariat dan bivariat. Partisipan akan mengisi survey online pada masyarakat yang terkena dampak asap.

Hasil penelitian

Durasi paparan asap secara langsung ke seseorang (dalam jam/hari) secara statistik memiliki signifikansi terhadap masalah kesehatan seperti iritasi mata, batuk, rhinorrhea, sakit tenggorokan, dan dyspnea.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa semakin lama terpapar asap akan menyebabkan iritasi pada mata, batuk, sesak nafas, pilek dan sakit tenggorokan," kata Ari.

Selain itu, penggunaan peralatan yang lebih sederhana dan kurang protektif seperti tisu menunjukkan risiko yang lebih tinggi terkena sakit, dibandingkan dengan menggunakan masker biasa sekali pakai sederhana. Meski, penggunaan masker sekali pakai juga berdampak pada gejala pernapasan terutama batuk, dan sakit tenggorokan.

"Masyarakat yang melakukan proteksi sederhana misalnya dengan tisu akan lebih berisiko mempunyai masalah kesehatan dibandingkan dengan menggunakan masker," ujarnya.

Maka dari itu, para peneliti menyimpulkan bahwa durasi paparan asap api hutan dan jenis alat pelindung pernapasan dikaitkan dengan masalah kesehatan.

Hipoksia

Secara umum, jika kualitas udara tidak baik karena asap, maka yang akan berpengaruh adalah kadar oksigen. Kekurangan oksigen akan menyebabkan hipoksia.

Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan pada organ-organ tubuh. Di dalam tubuh, keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan.

"Hipoksia seharusnya kita hindari apalagi pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pada pembuluh darah, baik pada pembuluh darah otak maupun pembuluh darah jantung," tutur Ari.

Kadar oksigen yang rendah menyebabkan jantung akan mengalami penurunan suplai oksigen yang berat dan dapat menyebabkan terjadinya infark atau kematian jaringan.

Baca juga: Polusi Plastik di Lautan Ancam Oksigen Dunia, Kok Bisa?

Pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pembuluh darah otak, kekurangan oksigen dapat memperburuk kondisi pasien hingga mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri.

Penelitian membuktikan bahwa kondisi hipoksia sistematik kronik dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung dan lambung.

"Pertanyaan selanjutnya adalah, berapa persen penurunan kadar oksigen yang terjadi akibat asap yang menutupi Pekanbaru dan kota-kota lain di Indonesia yang tertutup kabut asap? Hal ini yang harus dijawab terlebih dahulu sehingga kita bisa memprediksi terjadinya hipoksia pada masyarakat akibat dari turunnya kadar oksigen dari udara tersebut," pungkas Ari.

Di sisi lain komponen asap akibat kebakaran hutan juga harus dianalisa, sehingga dapat diprediksi dampaknya buat kesehatan.

Baca juga: Karhutla di Riau dan Kalimantan Berbeda dengan Amazon, Apa Bedanya?

Akhirnya memang perlu penelitian lebih lanjut mengenai kandungan asap yang ada dan dampak penurunan kadar oksigen sehingga dampak pada masyarakat dapat diprediksi dan diantisipasi.

Untuk saat ini, masyarakat dianjurkan untuk meminimalisir paparan kabut asap dan mengurangi aktivitas di luar rumah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau