Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riau Dipenuhi Kabut Asap, BPPT Siapkan Teknologi Kapur Tohor, Apa Itu?

Kompas.com - 17/09/2019, 18:30 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi faktor yang menghambat proses penguapan sebagai syarat terbentuknya awan.

Asap karhutla tertahan dan malayang di angkasa sehingga sinar matahari tidak tembus ke bumi dan proses penguapan air terhambat.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus melakukan pemantauan potensi pertumbuhan awan, tapi hal ini memang masih sulit terjadi.

Sedangkan upaya penyemaian garam (NaCl) sebagai syarat untuk membuat hujan buatan sendiri dibutuhkan awan yang mencapai kadar minimal 70 sampai 80 persen.

Baca juga: Hujan Buatan jadi Solusi Kabut Asap Riau, Begini Cara Membuatnya

Atas dasar tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BMKG menerapkan modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan asap karhutla menggunakan Kalsium Oksida atau kapur tohor aktif (CaO) yang bersifat eksotermis alias mengeluarkan panas.

Kepada Kompas.com, Kepala BPPT Hammam Riza menerangkan bahwa kapur tohor (CaO) tidak berfungsi sebagai pembuat awan, tapi digunakan untuk mengatasi kabut asap.

"Tujuannya (kapur tohor) agar gas dan partikel-partikel karhutla bisa terurai dan akhirnya kabut bisa hilang," ungkap Hammam dihubungi Kompas.com, Selasa (17/9/2019).

Cara kerja penerapan kapur tohor, disebut Hammam, mirip dengan penyemaian hujan buatan.

Kapur tohor ditaburkan di gumpalan asap sehingga dapat mengurai partikel karhutla dan gas agar asap hilang dan radiasi matahari bisa menembus ke permukaan bumi.

"Radiasi matahari terhalangi kabut asap, jadi awan susah terbentuk karena penguapan terhambat. Dengan kapur tohor aktif ini diharapkan konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk, dan garam bisa ditebar untuk hujan buatan," imbuh Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto seperti dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Selasa (17/9/2019).

Hamman menjelaskan, ada 40 ton kapur tohor aktif yang sudah diterbangkan dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Kapur tohor itu akan dikirim ke beberapa provinsi terdampak karhutla seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan.

Baca juga: Karhutla di Riau dan Kalimantan Berbeda dengan Amazon, Apa Bedanya?

Untuk menaburkan kapur tersebut, BPPT akan menggunakan tiga jenis pesawat yakni Cassa 212 dengan kapasitas 800 kilogram, CN 295 dengan kapasitas 2.4 ton dan pesawat Hercules C 130 dengan kapasitas 4-5 ton.

Permasalahan karhutla tidak bisa hanya ditangani dengan menggunakan pemadaman darat dan udara saja.

Kepala BNPB, Doni Monardo sebelumnya telah menyampaikan bahwa yang menjadi solusi karhutla adalah hujan.

Sedangkan BMKG telah memprediksi bahwa musim hujan akan masuk pada pertengahan bulan Oktober. Oleh karena itu, hujan buatan harus segera dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau