KOMPAS.com - Sudah banyak kasus penipuan berkedok butuh biaya untuk pengobatan keluarga yang kita dengar. Bukan cuma sekali dua kali, tapi hal seperti ini cukup sering terjadi, bahkan sudah ada sejak lama.
Kasus terbaru datang dari driver ojek online gojek bernama Hamdan. Kisah perjuangan hidup Hamdan viral di jagat media sosial dalam dua atau tiga hari belakangan.
Pengguna akun Twitter bernama @kirekswasta adalah yang pertama membuat utas tentang Hamdan.
Singkat cerita, Hamdan mengaku rela tidak pulang demi mendapat dana tambahan untuk biaya pengobatan istrinya. Selama Hamdan bercerita dalam perjalanan ojol, dia selalu menangis sampai terisak-isak.
Baca juga: Profesor Harvard Buktikan Kebahagiaan Bisa Dibeli dengan Uang
Setelah utas @kirekswasta viral, beberapa akun lain mengaku pernah mendapat driver Hamdan dan mengalami pengalaman serupa.
Usai perjalanan, Hamdan tak segan mengirim pesan whatsapp ke pelanggan dan memberi nomor rekening.
"Barusan @gojekindonesia infoin by phone, si Hamdan udah kedapet dan akan diproses. Dan dia ngaku kalo emang nipu, istri sakit dll itu cuma modus saja. Thanks ya @yukeeofn," tulis pemilik akun @kirekswasta yang pertama kali membagikan kisah Hamdan.
Berkaca dari kisah Hamdan, kenapa orang bisa melakukan penipuan berulang kali dan apa yang menyebabkan kita terperdaya kisah sedih mereka?
Dari kacamata psikolog sosial asal Solo, Hening Widyastuti, kemungkinan besar awalnya Hamdan mendaftar bergabung sebagai driver ojol memang untuk mencari nafkah.
Untuk perusahaan-perusahaan transportasi online, pendaftaran biasanya sangat dimudahkan, salah satunya tanpa tes rumit seperti tes psikologi layaknya perusahaan lain.
"Nah, (karena tidak ada tes psikologi) perusahaan tentu tidak tahu menahu sifat dan karakter buruk si driver ojol,"ungkap Hening kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2019).
Dalam kasus menipu penumpang, Hening menggarisbawahi, apakah penipuan tersebut dilakukan dalam kondisi terdekat atau nekat, sehingga akhirnya terpaksa menipu.
Umumnya, ketika seseorang berhasil melakukan penipuan, dia akan tertarik untuk melakukan hal yang sama untuk orang lain.
Menurut Hening, orang yang tidak biasa menipu pasti tidak memiliki nyali untuk melakukan penipuan terhadap orang asing.
Dalam kasus penipuan seperti ini, pelaku dengan sengaja memanfaatkan belas kasihan penumpang, terutama perempuan, yang dalam hal ini lebih mengutamakan perasaan dibanding logika.