Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabut Asap Pekat di Riau, Ini Bahaya Jangka Pendek dan Panjangnya

Kompas.com - 14/09/2019, 19:11 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebakaran hutan menyebabkan kabut asap menyelimuti Riau, khususnya Kota Pekanbaru.

Disampaikan oleh Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, FKUI -RSUP Persahabatan, Dr dr Agus Dwi Susanto Sp. P(K), kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2019); kabut asap dapat menyebabkan efek buruk, baik yang jangka pendek atau jangka panjang, bagi kesehatan orang yang menghirupnya.

Efek jangka pendek

Efek jangka pendek dari asap, dikatakan Agus, dapat menyebabkan injury atau luka melalui berbagai mekanisme yang berbeda.

"Dalam jangka pendek atau akut, asap kebakaran akan membuat iritasi selaput lendir mata, hidung, tenggorokan hingga menimbulkan gejala berupa mata berair dan perih, hidung berair dan tidak nyaman pada tenggorokan, mual, sakit kepala, dan memudahkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)," katanya.

Selain itu, paparan gas karbon monoksida (CO) yang terhirup berpotensi meningkatkan karboksihemoglobin (COHb) atau kadar karbon monoksida dalam darah yang berikatan dengan hemoglobin. Ini dapat menimbulkan keluhan seperti sakit kepala, sesak napas, mual dan sebagainya.

Berikut penjelasan dari berbagai penyakit yang bisa timbul akibat terpapar atau menghirup udara berkabut asap.

Iritasi

Sebagian besar gas dan partikel dalam asap kebakaran bersifat iritatif atau menyebabkan iritasi membran mukosa di kulit, mata, hidung dan saluran napas.

Laporan penelitian dari tim Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) tahun 1997 di Jambi menyebutkan, sebanyak 40 persen orang yang datang ke pelayanan kesehatan mengeluh sakit kepala dan 50 persen mengeluh mata merah dan berair.

Iritasi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Paparan asap akan meningkatkan kemungkinan ISPA, oleh bakteri dan virus akibat tekanan aktivitas maktofag sehingga pneumonia dan komplikasi pernapasan lainnya lebih mudah terjadi.

Kasus ISPA meningkat 1,8 sampai 3,8 kali pada daerah yang terjadi bencara kebakaran hutan untuk periode sama tahun sebelumnya, atau terjadi peningkatan ISPA sekitar 12 persen (setiap kenaikan partikulat (PM) 10 dari 50 µgram/m3 menjadi 150 µgram/m3).

Penurunan fungsi paru

Pajanan atau paparan asap dapat menyebabkan penurunan fungsi paru.

Beberapa laporan penelitian menyebutkan, terjadi penurunan kapasitas vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) yang terjadi setelah terpajan asap kebakaran hutan dan menimbulkan efek pada saluran pernapasan.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau