Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Usah Didebat Lagi, Konsumsi Garam Memang Harus Drastis Dikurangi

Kompas.com - 05/09/2019, 08:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

Kami menganalisis data dari Uji Coba Pencegahan Hipertensi, yang menggunakan gold standard method, untuk menilai asupan garam (beberapa pengukuran urine dalam 24 jam) pada hampir 3.000 orang dewasa dengan tekanan darah normal selama 18 bulan hingga empat tahun.

Ketika kami menganalisis data tersebut, kami menemukan sebuah hubungan linear langsung antara asupan garam dan risiko kematian, hingga tingkat asupan garam 3 gram per hari.

Untuk meniru metode spot urine measurement, kami kemudian menerapkan formula yang dikembangkan untuk sampel ini pada konsentrasi sodium dari sampel urine 24 jam.

Hasilnya menunjukkan hubungan non-linear yang sama seperti yang dilaporkan dalam studi kontroversial tersebut. Ini menyiratkan bahwa temuan mereka dapat dijelaskan dengan metode yang mereka gunakan untuk memperkirakan asupan garam, karena pengukuran dengan spot urine measurements merupakan cerminan asupan garam harian yang tidak dapat diandalkan dan juga tampak bahwa formula itu sendiri bermasalah.

Jadi pesannya tetap jelas: mengurangi garam dapat menyelamatkan nyawa, dan temuan dari penelitian yang tidak dapat diandalkan tidak boleh digunakan untuk menggagalkan kebijakan kesehatan masyarakat atau mengalihkan tindakan.

Pengurangan asupan garam secara bertahap, seperti yang direkomendasikan oleh WHO, tetap merupakan pencapaian yang bisa dilaksanakan, terjangkau, efektif, dan strategi penting untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan kematian dini di seluruh dunia.

Bahkan pengurangan kecil dalam asupan garam akan memiliki manfaat besar pada kesehatan manusia.

Feng He

Professor of Global Health Research, Queen Mary University of London

Artikel ini ditayangkan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambilkan dari artikel berjudul "Tidak perlu diperdebatkan, konsumsi garam harus dikurangi karena bisa selamatkan banyak nyawa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com