Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Garam Bodong yang Bisa Mengakibatkan "Stunting"

Kompas.com - 18/09/2018, 20:07 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kekurangan iodium, ternyata tidak hanya menyebabkan gondok, tetapi juga stunting.

Definisi stunting sendiri tidak hanya tertutup pada kondisi anak yang bertubuh pendek, tapi juga kemapuan kognisinya yang tidak sesuai anak seumurannya.

Oleh karena itu, iodium mempunyai peran di dalamnya.

“Kekurangan iodium itu yang paling berbahaya adalah ibu hamil yang kurang konsumsi iodium bisa melahirkan anak yangg memiliki retardasi mental, karena iodium itu penting untuk perkembangan otak janin,” ungkap dr Rozy Afrizal, Praktisi Garam Beryodium dari Nutrition International.

Baca juga: Garam Tak Rusak Kesehatan seperti yang Dituduhkan Sebelumnya, Asal...

Dokter yang ditemui saat menjadi pembicara pada kegiatan Intervensi Gizi Spesifik dalam Upaya Pencegahan Stunting, Selasa (18/09/2018), di Jakarta ini menjelaskan, iodium ketika kita konsumsi menjadi iodide di dalam darah yang kemudian dioksidasi dan dicampur dengan asam amino tyrosin menjadi T3 dan T4, diubah menjadi hormon tiroid.

"Jika ibu hamil kurang dalam jangka panjang, itu anak yang dilahirnya bisa mengurangi 13,5 IQ point. Inilah mengapa garam beriodium penting," katanya.

Gara beryodium merupakan satu-satunya komponen pangan yang dikonsumsi oleh manusia dalam dosis relatif sama setiap harinya. Meski tidak dikonsumsi secara langsung, tetapi menurut Rozy, garam pasti hadir dalam setiap makanan yang dimasak.

Rozy menjelaskan bahwa pada data RISKESDAS tahun 2007 dan 2013, kandungan iodium pada garam yang dijual di pasaran mengalami penurunan. Mengkhawatirkan hal ini, ia mengatakan ada kemungkinan 1 dari 2 bayi yang lahir di Indonesia berpotensi GAKI (gangguan akibat iodium) yang salah satunya adalah stunting.

Baca juga: Berapa Banyak Kadar Garam yang Dibutuhkan Tubuh Kita?

Masalahnya, banyak garam yang tidak beryodium dijual di pasar dengan menyisipkan keterangan bahwa garam itu beryodium. Rozy menyebutnya sebagai "garam bodong".

Untuk itu, Rozy menegaskan perlunya masyarakat untuk meningkatkan kewasapadaannya pada garam yang tidak mengandung iodium. Ia juga menjelaskan perbedaan garam yang beryodium dan tidak untuk di pasaran.

“Bisa menggunakan singkong. Ketika singkong ditaburi garam, ia berubah menjadi ungu kalau mengandung iodium," katanya.

"Lalu, dari kemasan kita cek ada SNI-nya atau enggak? Ada lokasi produksinya enggak? Kalau tidak ada, itu bisa dicurigai sebagai garam bodong. Lalu alamat harus sangat jelas. Kalau tulisannya Jawa timur saja, kita boleh curiga karena banyak garam-garam yang hanya bikin kemasan saja di sini, tapi tidak ada kandungan iodiumnya,” tuturnya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau