Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lepasnya Retina Mata, dari Penyebab, Gejala hingga Penanganan

Kompas.com - 03/09/2019, 18:07 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ablasi retina rhegmatogen merupakan salah satu kerusakan mata yang tidak banyak diketahui masyarakat. Kerusakan tersebut terjadi saat kondisi retina terlepas dari posisi normalnya.

Retina adalah lapisan saraf yang ada di bagian belakang mata. Fungsinya menerima cahaya dan mengirimkan bayangan ke otak. Ablasi atau lepasnya retina bisa mengakibatkan kebutaan dan dapat terjadi secara tiba-tiba pada usia berapapun.

Ablasi atau lepasnya retina merupakan suatu masalah yang sangat serius dan hampir selalu menyebabkan kebutaan bila tidak ditangani dengan cepat.

Ablasi retina terjadi ketika retina terlepas dari posisi normal. Retina tidak dapat berfungsi ketika ia lepas dari dasarnya. Ketika retina lepas, yang terjadi pada mata adalah penglihatan menjadi kabur.

Baca juga: Siapa Saja yang Berisiko Alami Kebocoran Pembuluh Darah Retina?

Penyebab

Hal yang menyebabkan terjadinya ablasi ini, dalam publikasi JEC Eye Hospital & Clinics, yaitu karena vitreus atau semacam agar-agar jeli yang mengisi sebagian besar bola mata. Semakin menjadi tua usia seseorang, volume vitreus berkurang dan mengerut.

Dalam Small Group Interview - CoZi Lasik di Jakarta, Rabu (14/8/2019), pihak JEC Eye Hospital & Clinics menjelaskan biasanya hal ini terjadi tanpa ada masalah. Namun pada kondisi tertentu, terkadang vitreus menarik retina sedemikian keras sehingga retina robek pada satu tempat atau lebih.

Melalui robekan itu, cairan masuk dan mengangkat retina dari dasarnya. Seperti wallpaper yang lepas dari dinding.

Kondisi yang dapat menambah risiko terjadinya ablasi retina adalah rabun jauh atau mata minus, kecelakaan, mengalami ablasi pada mata sebelah, keluarga yang punya riwayat ablasi retina, dan adanya daerah lemah pada retina (degenerasi retina perifer).

Baca juga: Mengenal Glaukoma, Penyebab Kebutaan Nomor 2 di Indonesia

Gejala

Gejala adanya ablasi retina berawal dari kilatan cahaya (flashes), bintik-bintik atau benang hitam yang selalu bergerak ataupun tirai abu-abu yang selalu menutupi penglihatan.

Jika terjadi gejala seperti itu, lebih baik memeriksakan mata ke dokter khusus mata untuk mengetahui benar atau tidak terjadinya ablasi retina.

IlustrasiThinkstock Ilustrasi

Untuk mendiagnosis lepasnya retina, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan mata dengan kedua pupil mata pasien dilebarkan sebelumnya.

Terkadang ablasi ditemukan setelah dokter melakukan pemeriksaan mata secara rutin.

Baca juga: Indonesia Targetkan Penurunan Angka Kebutaan pada 2020

Tindakan yang dibutuhkan

Beberapa hal yang perlu dilakukan ketika penyakit ini terjadi pada mata Anda. Jika retina mata mengalami robekan, maka baiknya dilakukan tindakan laser atau cryotherapy yang disebut mematri retina.

Namun, tindakan ini dapat menyebabkan sedikit ketidaknyamanan atau bahkan juga bisa tidak ada keluhan sama sekali. Dengan penanganan dokter, risiko ablasi retina dapat berkurang.

Sedangkan, jika retina mata Anda terlepas atau mengalami ablasi retina, membutuhkan operasi untuk mengembalikan retina pada posisi semula.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau