KOMPAS.com - Ablasi retina rhegmatogen merupakan salah satu kerusakan mata yang tidak banyak diketahui masyarakat. Kerusakan tersebut terjadi saat kondisi retina terlepas dari posisi normalnya.
Retina adalah lapisan saraf yang ada di bagian belakang mata. Fungsinya menerima cahaya dan mengirimkan bayangan ke otak. Ablasi atau lepasnya retina bisa mengakibatkan kebutaan dan dapat terjadi secara tiba-tiba pada usia berapapun.
Ablasi atau lepasnya retina merupakan suatu masalah yang sangat serius dan hampir selalu menyebabkan kebutaan bila tidak ditangani dengan cepat.
Ablasi retina terjadi ketika retina terlepas dari posisi normal. Retina tidak dapat berfungsi ketika ia lepas dari dasarnya. Ketika retina lepas, yang terjadi pada mata adalah penglihatan menjadi kabur.
Penyebab
Hal yang menyebabkan terjadinya ablasi ini, dalam publikasi JEC Eye Hospital & Clinics, yaitu karena vitreus atau semacam agar-agar jeli yang mengisi sebagian besar bola mata. Semakin menjadi tua usia seseorang, volume vitreus berkurang dan mengerut.
Dalam Small Group Interview - CoZi Lasik di Jakarta, Rabu (14/8/2019), pihak JEC Eye Hospital & Clinics menjelaskan biasanya hal ini terjadi tanpa ada masalah. Namun pada kondisi tertentu, terkadang vitreus menarik retina sedemikian keras sehingga retina robek pada satu tempat atau lebih.
Melalui robekan itu, cairan masuk dan mengangkat retina dari dasarnya. Seperti wallpaper yang lepas dari dinding.
Kondisi yang dapat menambah risiko terjadinya ablasi retina adalah rabun jauh atau mata minus, kecelakaan, mengalami ablasi pada mata sebelah, keluarga yang punya riwayat ablasi retina, dan adanya daerah lemah pada retina (degenerasi retina perifer).
Gejala
Gejala adanya ablasi retina berawal dari kilatan cahaya (flashes), bintik-bintik atau benang hitam yang selalu bergerak ataupun tirai abu-abu yang selalu menutupi penglihatan.
Jika terjadi gejala seperti itu, lebih baik memeriksakan mata ke dokter khusus mata untuk mengetahui benar atau tidak terjadinya ablasi retina.
Untuk mendiagnosis lepasnya retina, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan mata dengan kedua pupil mata pasien dilebarkan sebelumnya.
Terkadang ablasi ditemukan setelah dokter melakukan pemeriksaan mata secara rutin.
Tindakan yang dibutuhkan
Beberapa hal yang perlu dilakukan ketika penyakit ini terjadi pada mata Anda. Jika retina mata mengalami robekan, maka baiknya dilakukan tindakan laser atau cryotherapy yang disebut mematri retina.
Namun, tindakan ini dapat menyebabkan sedikit ketidaknyamanan atau bahkan juga bisa tidak ada keluhan sama sekali. Dengan penanganan dokter, risiko ablasi retina dapat berkurang.
Sedangkan, jika retina mata Anda terlepas atau mengalami ablasi retina, membutuhkan operasi untuk mengembalikan retina pada posisi semula.
Jenis-jenis operasi yang dilakukan
Banyak cara untuk menangani ablasi atau lepasnya retina. Memilih jenis operasi dan anestesi lokal atau umum bergantung pada karakteristik daerah retina yang lepas.
Metode operasi yang ditentukan oleh dokter akan menyesuaikan kondisi dan lokasi robekan atau lepasnya retina mata.
1. Pneumatic retinopexy
Pada sistemnya akan ada gas yang dimasukkan ke dalam rongga viterus. Gas tersebut akan mendorong retina yang lepas pada posisi semula. Dokter mata akan meminta agar kepala pasian berada pada posisi tertentu selama beberapa hari.
2. Scleral buckle
Pada proses operasi ini, sebuah gelang yang lentur akan ditempatkan di seputar bola mata untuk mengurangi tarikan pada retina.
Pada umumnya, dokter mata akan mengeluarkan cairan yang ada di bawah bagian retina yang lepas. Prosedur ini umumnya dilakukan di ruang bedah.
3. Vitrectomy
Pada kondisi operasi ini, vitreus yang mengakibatkan penarikan pada retina akan dibuang, sebagai gantinya pada mata dimasukkan gas atau silicon oil. Terkadang virectomy akan dikombinasikan dengan scleral buckle.
Setelah operasi
Pasca dilakukannya operasi ablasi retina, pasien mungkin akan mengalami ketidaknyamanan, dan perlu meminum resep obat dan aturan yang diberikan oleh dokter. Penutup mata mungkin akan diperlukan untuk waktu tertentu.
Biasanya, kilatan cahaya dan bintik benang hitam mungkin masih ada setelah pembedahan. Posisi khusus untuk kepala pasien diperlukan selama beberapa waktu.
Pasien yang dioperasi menggunakan gas tidak diperbolehkan naik pesawat terbang, sampai dinyatakan bahwa gas di mata pasien telah hilang.
Meski demikian, beragam jenis operasi tersebut memiliki kemungkinan risiko seperti infeksi, pendarahan, tekanan bola mata yang tinggi, penglihatan tidak seutuhnya pulih, dan katarak.
Namun jika ablasi retina ini ditanagani dengan segera dan mengikuti semua anjuran dokter mata, maka ketajaman penglihatan akan terasa dalam beberapa bulan.
Makin luas daerah retina yang lepas, makin sedikit kemungkinan kondisi retina akan kembali. Untuk alasan itulah, sangat penting berkonsultasi dengan dokter mata pada setiap terjadi gejala awal.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/03/180700323/lepasnya-retina-mata-dari-penyebab-gejala-hingga-penanganan